Rela Mandikan Jenazah hingga Urunan Biayai Pemakaman

Rela Mandikan Jenazah hingga Urunan Biayai Pemakaman
TRENYUH: Dari kiri, Tukul Bintoro, Sulasih, dan M Arif An para relawan Pokja HIV/AIDS. Foto: Khafidlul Ulum/Jawa Pos

Kejadian tersebut menjadi pelajaran berharga baginya. Setelah itu, setiap mengantar ke rumah sakit, Tukul mengajak mereka naik angkot agar tidak ada yang mencoba bunuh diri. Menurut Tukul, mendampingi ODHA tidaklah mudah. Mereka kerap marah karena stres. Dia pun kerap kena imbas.

Padahal, bantuannya selalu sukarela. Pengalaman lain dialami Asih. Tidak hanya mengantarkan mereka periksa kesehatan, dia juga rela mengurus berbagai persyaratan untuk berobat. Salah satunya surat keterangan miskin. Karena kebanyakan mereka berasal dari luar kota, dia pun harus berangkat ke luar kota.

Berbekal alamat yang didapat, Asih mencari daerah asal PSK. Salah satunya di Dampit, Malang. ’’Rumahnya terletak di pelosok sekali. Saya harus lewat sawah-sawah,’’ katanya. Asih juga pernah mengurus surat ke Probolinggo, Tulungagung, Madura, Kediri, dan beberapa daerah lain.

Semuanya berada di pelosok desa. Bahkan, dia harus naik turun gunung untuk mendapatkan surat keterangan miskin. Semua biaya perjalanan itu ditanggung sendiri, tidak ada yang membiayai. Sebagai relawan, Asih harus siap berkorban. Menurut dia, setelah membantu, biasanya ada saja rezeki yang datang.

Walaupun lokalisasi sudah ditutup, lanjut Asih, sampai sekarang dia masih melakukan pendampingan. Sebab, di wilayahnya masih ada 14 orang yang menderita penyakit tersebut. Dia masih rutin memantau agar mereka selalu mengonsumsi obat yang diberikan dokter.

Tukul menambahkan, mengurusi ODHA tidak hanya saat mereka masih hidup. Ketika mereka meninggal, dia juga aktif mengurusnya. Setelah lokalisasi Kremil ditutup, ada lima orang yang meninggal karena penyakit tersebut. Ketika ODHA meninggal, warga sekitar enggan mengurusnya.

Tidak ada yang mau memandikannya. Bahkan, modin pun takut mendekat. Akhirnya dia yang memandikan dengan dibantu beberapa anggota pokja. Selain memandikan, dia harus mengurus pemakaman. Bagaimana dengan biaya pemakaman? Menurut dia, selama ini pihaknya yang urunan untuk membiayai pemakaman ODHA. Tidak ada biaya dari pemerintah.

Saat lokalisasi masih buka, dia bisa berkeliling ke beberapa wisma untuk meminta sumbangan buat biaya pemakaman. Sekarang anggota pokja yang harus urunan. ’’Waktu itu kami juga urunan, tapi dibantu pemilik wisma,’’ terangnya. Kalau tidak urunan, tidak ada orang yang mau membiayai.

DENTUMAN musik dangdut terdengar nyaring di Jalan Dupak Bangunsari pada Rabu malam (5/8). Suara musik itu datang dari kafe atau rumah musik yang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News