Revolusi Kesehatan melalui Strategi Kebudayaan

Oleh: Setyo Budiantoro?

Revolusi Kesehatan melalui Strategi Kebudayaan
Setyo Budiantoro. Foto: Dokpri for JPNN.com

Keluarga Berencana Telenovela

Selama ini, advokasi perkawinan anak lebih banyak difokuskan pada regulasi untuk mengatur usia minimal perkawinan. Tentu saja hal ini sangat penting, namun belum cukup karena belum menyentuh dari sisi budaya yang berpandangan perkawinan dini adalah hal biasa. Mengambil inspirasi di beberapa negara Amerika Latin, mereka menggunakan media film (telenovela) untuk merubah budaya dan cara pandang (world view) tersebut.

Meski tanpa ada program pemerintah untuk keluarga berencana (family planning), Brazil berhasil melakukan pengendalian kelahiran dari rata-rata setiap keluarga memiliki 6 anak tahun 1960-an menjadi hanya 2 anak tahun 2000-an. Telenovena menampilkan citra positif keluarga kecil, perempuan karier, mapan dan bahagia, dibandingkan keluarga miskin, anak banyak, tidak atau kurang bahagia dan tinggal di pemukiman kumuh dengan berbagai dramatisasi yang mengharu biru.

Telenovela berhasil merebut hal yang paling subtil dari manusia, yaitu kesadaran (conciousness) tentang pentingnya menunda kelahiran atau pernikahan dini, serta jumlah anak. Budaya di Meksiko tahun 1970-an yang mengasosiasikan kejantanan (machoism) dengan banyak anak pun berangsur lenyap karena telenovela. Education entertaintment atau edutaintment telenovela bukan hanya tentang family planning, namun kini juga telah merambah memberikan kesadaran tentang pentingnya pendidikan dan lingkungan.

Sebuah tayangan sinetron televisi di India yang menampilkan pernikahan anak membuat kemarahan publik dan langsung dipetisi 50 ribu orang dalam waktu 48 jam, akhirnya sinetron tersebut dihentikan tayang. Sebaliknya di Indonesia, sebuah sinetron tentang masih kecil jadi “manten” justru mendapat penghargaan sinetron terfavorit dan tayang hingga ratusan episode karena mempunyai rating penonton yang bagus. Sungguh luar biasa republik ini.

Seandainya para produser film Indonesia belum mampu membuat tayangan yang mendidik, paling tidak janganlah membuat konten yang menyesatkan. Media hiburan yang permisif atau bahkan mendorong perkawinan anak, perlu dihentikan. Sensor televisi kini hanya sibuk membuat blur bagian dianggap sensitif yang justru membuat hal tersebut malahan menjadi perhatian, namun tidak memperhatikan konten yang menyesatkan masyarakat.

Revolusi Kehidupan

Peraih Nobel ekonomi Robert Fogel membuat studi yang ambisius tentang kelaparan dan kematian prematur manusia sejak tahun 1700. Sangat mencengangkan angka harapan hidup tahun 1800 di Perancis hanya 33 tahun dan Inggris hanya 36 tahun. Angka harapan hidup meningkat dramatis 30 tahun sepanjang 1900-1990 di Inggris dan Perancis menjadi 76 tahun. Kualitas nutrisi dan revolusi status kesehatan memiliki pengaruh sangat besar. Angka harapan hidup Indonesia kini 71 tahun, ini telah dicapai Jepang tahun 1970 dan China awal 1990. Kini, rata-rata penduduk Indonesia akan mati 15 tahun lebih dahulu dari penduduk Jepang.

Untuk kebutuhan nutrisi bagi masyarakat secara umum, Indonesia tidak memiliki panduan memilih makanan yang memadai. Panduan makanan justru berasal dari iklan, terutama televisi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News