Ribuan Petani Butuh Jembatan

Ribuan Petani Butuh Jembatan
Ribuan Petani Butuh Jembatan
Kesusahan yang dialami petani tidak hanya sampai di situ. Bila musim hujan dan debit air sungai tinggi, petani terpaksa meliburkan diri. Walau begitu, ada juga yang nekat pergi ke ladang, tentu dengan konsekuensi, menghadang bahaya.

Buruknya akses menuju ladang dan sawah masyarakat juga menyebabkan harga komiditi pertanian semakin tertekan. Sebut saja harga karet. Bila harga karet di pasaran Rp 8.000 per kilo, maka harga karet di tingkat petani yang dijual di areal ladang hanya berkisar Rp 4.000-5.000 per kilo. Kondisi ini tentu sangat memukul perekonomian petani.

"Mau bagaimana lagi, untuk mengangkut karet dari ladang, susahnya minta ampun. Itulah sebabnya harganya jatuh," tambah Amdani.

Tokoh masyarakat Nagari Pauh Duo Nan Batigo Jalinus menuturkan, 80 persen masyarakat Pauh Duo Nan Batigo mata pencahariannya adalah bertani. Pada umumnya, lahan pertanian mereka terletak di Paninjauan. Ekonomi masyarakat sangat tergantung pada akses jalan dan jembatan untuk menuju tempat beraktivitas.

"Harapan masyarakat, jembatan dan jalan usaha tani yang menjadi sarana paling urgen untuk beraktivitas hendaknya mendapat perhatian," imbuh Jalinus.

SOLSEL--Ribuan petani di Nagari Pauh Duo Nan Batigo, Kecamatan Pauhduo, Kabupaten Solok Selatan membutuhkan jembatan, sebagai akses menuju lahan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News