Risiko Depresiasi Rupiah, 9 Perusahaan Bisa Insolvent

Risiko Depresiasi Rupiah, 9 Perusahaan Bisa Insolvent
Risiko Depresiasi Rupiah, 9 Perusahaan Bisa Insolvent

jpnn.com - JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mengimbau sektor swasta untuk tidak agresif dalam mencari pembiayaan dari luar negeri. Apalagi, risiko depresiasi nilai tukar rupiah yang diiringi dengan tren peningkatan suku bunga bisa memberikan tekanan keuangan korporasi.

Bahkan, ada sejumlah perusahaan yang terancam insolvent (gagal memenuhi kewajiban) apabila rupiah terus melemah.

Gubernur BI Agus Martowardojo menerangkan, beberapa negara berkembang saat ini menunjukkan kerentanan yang dipicu dari utang luar negeri (ULN) swasta yang terus meningkat. Misalnya terjadi di Tiongkok, Hong Kong, Singapura, hingga Vietnam. Tidak pelak, utang swasta negara berkembang saat ini tengah disorot secara multilateral.

Agus mengatakan, saat stimulus moneter The Fed dilangsungkan secara tiga tahun, uang murah banyak diserap oleh korporasi termasuk bank. Hal itu disebabkan posisi bunga yang murah.

"Tapi kalau 2015 masuk lingkungan bunga meningkat, bagaimana kesiapannya?. Selain punya risiko peningkatan bunga, korporasi juga memburuknya balance sheet karena risiko nilai tukar," paparnya.

BI mencatat, utang luar negeri (ULN) swasta pada Maret 2014 mencapai USD 146,0 miliar, atau tumbuh 12,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/yoy). Angka itu lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 11,8 persen (yoy).

Secara keseluruhan, ULN pada Maret 2014 tercatat sebesar USD 276,5 miliar, tumbuh 8,7 persen dibandingkan dengan posisi Maret 2013. Berdasarkan jangka waktu, ULN jangka panjang tercatat sebesar USD 229,3 miliar, atau 82,9 persen dari total UN.

Pertumbuhan ULN jangka panjang pada Maret 2014 mencapai 10,1 (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan bulan Februari 2014 sebesar 9,7 persen (yoy).

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mengimbau sektor swasta untuk tidak agresif dalam mencari pembiayaan dari luar negeri. Apalagi, risiko depresiasi nilai

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News