Riwu Ga, Hikayat Pelayan Setia Bung Karno

Riwu Ga, Hikayat Pelayan Setia Bung Karno
Rumah Pembuangan Bung Karno di Ende. Foto: Dok. JPNN.com.

Riwu Ga bangun lebih dulu sebelum Bung Karno menunaikan solat subuh. Ia siapkan segelas air putih dicampur kapur. 

“Untuk apa ini sahabat?” tanya Bung Karno yang mulanya belum mengerti. 

“Biar suara Bung Karno lebih menggelegar,” jawab Riwu. Ya, Riwu adalah orang yang berperan membentuk karakter suara Bung Karno.

Pengabar Proklamasi

Sesaat setelah membacakan proklamasi kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945, Bung Karno yang sedang flu memanggil Riwu Ga dengan sapaan hangat. 

“Angalai (sahabat), sekarang giliran angalai. Sebarkan kepada rakyat Jakarta, kita sudah merdeka. Bawa bendera,” perintah Bung Karno. 

Bersama seorang pria bernama Sarwoko yang mengemudikan jip terbuka, Riwu Ga melambai-lambaikan bendera merah putih sepajang jalan. 

Riwu Ga berteriak-sorak. “Indonesia sudah merdeka! Indonesia sudah merdeka! Kita merdeka saudara-saudara.”

EMPAT tahun lamanya Bung Karno diasingkan Belanda ke Ende, Nusa Tenggara Timur. Sejak 1934 hingga 1938.  Suatu hari, Ratna Djuami anak

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News