Rokok Elektrik Terbukti Efektif sebagai Alat Berhenti Merokok

Rokok Elektrik Terbukti Efektif sebagai Alat Berhenti Merokok
Ilustrasi. Rokok elektrik/vape. Foto Drake

Menanggapi hasil riset tersebut, profesor kedokteran sistem pernafasan Imperial College London Nicholas Hopkinson mendukung penggunaan rokok elektrik sebagai alat bagi perokok yang ingin berhenti, terutama mengingat risiko kesehatan yang disebabkan oleh merokok.

Ia menggarisbawahi aktivitas merokok sebagai pemicu dari berbagai kasus ketimpangan kesehatan, termasuk menjadi penyebab utama kematian prematur dan disabilitas.

“Masih ada lebih dari 6 juta orang yang merokok di Britania Raya, dan temuan ini secara kuat mendorong agar rokok elektrik dapat menjadi salah satu opsi yang dapat membantu mereka berhenti,” kata Nicholas.

Senada dengan Nicholas, pimpinan kelompok riset tembakau dan alkohol University College London Sarah Jackson juga mendukung temuan riset Hartmann-Boyce. Ia menekankan, temuan ini menunjukkan bukti yang jelas, menggunakan rokok elektrik menghasilkan risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan merokok.

Di dalam negeri riset serupa masih minim dilakukan. Beberapa periset melakukan analisis terhadap materi-materi studi yang dikembangkan di luar negeri, yang kemudian dicocokkan dengan kondisi di dalam negeri.

Peneliti Pusat Unggulan Iptek Inovasi Pelayanan Kefarmasian (PUIIPK) Universitas Padjajaran Auliya Suwantika menyuarakan pemerintah agar menyiapkan kerangka kebijakan yang berdasar pada bukti ilmiah.

“Kami menyarankan agar pemerintah menyusun kebijakan yang lebih komprehensif tentang pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif berupa produk tembakau bagi,” kata Auliya.

Auliya menambahkan, pemerintah juga perlu untuk memfasilitasi penelitian yang mendalam soal regulasi menurunkan prevalensi merokok di Indonesia. Menurutnya, pemerintah sudah saatnya melirik produk alternatif sebagai bagian dari program penurunan prevalensi merokok.

Studi menunjukkan tingkat keberhasilan berhenti merokok dengan menggunakan rokok elektrik lebih tinggi dibanding terapi tradisional.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News