Ruang Pendidikan Seharusnya Bahas Masalah Fundamental Bangsa, Jangan Pemilu Saja

Ruang Pendidikan Seharusnya Bahas Masalah Fundamental Bangsa, Jangan Pemilu Saja
Doktor Ilmu Pertahanan Hasto Kristiyanto seminar ilmiah dosen dalam rangka dies natalies Universitas Sanata Dharma (Sadar) Yogyakarta, Jumat (16/12). Foto: Dokumentasi Hasto Kristiyanto

"Kini setiap orang bicara soal calon presiden, seakan-akan satu minggu ke depan akan ada pemilu. Semua berbicara elektoral tetapi melupakan persoalan fundamental bangsa yang berkaitan dengan mencerdaskan kehidupan bangsa," kata Hasto.

Faktanya, lanjutnya, peringkat pendidikan Indonesia jauh tertinggal dari negara lain.

Bahkan tertinggal dari Malaysia, yang di masa lalu justru banyak meminjam guru dari Indonesia. Hasil riset juga menemukan bahwa IQ rata-rata orang Indonesia kalah dari orang Filipina, Laos, dan Kamboja.

Indonesia juga masih menghadapi stunting, yang ironisnya terjadi di Nusantara yang kaya dengan sumber makanan bergizi.

“Zaman Pak Harto makan sayur-sayuran jagung dikatakan miskin padahal itu komponen gizi cukup besar. Daun kelor hanya dianggap pagar mengusir genderuwo padahal orang Australia iri melihat kita daun kelor dengan keragaman vitamin luar biasa,” urai Hasto.

Dia juga menilai sedikit ilmuwan yang meneliti sumber-sumber pangan, protein, dan jamu-jamuan Nusantara untuk memajukan kesejahtetaan umum.

Dia lalu menceritakan bagaimana suatu hari dirinya dipanggil oleh Presiden Kelima RI Megawati Soekarnoputri.

Megawati ingin menyampaikan tentang seorang investor Perancis yang menyewa lahan di Sleman. Lalu dengan kultur jaringan, dia kembangkan seluruh benih bambu di Indonesia. Hasilnya, setiap empat bulan sekali, diekspor ke empat benua.

Hasto menyampaikan sebenarnya para pendiri bangsa Indonesia sudah merumuskan politik pendidikan ialah mencerdaskan kehidupan negara.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News