Run...!!!

Run...!!!
Ilustrasi rempah-rempah. Foto: Public Domain.

SETELAH menempuh pelayaran selama sembilan bulan dari London, utusan VOC dan EIC berlabuh di Kepulauan Banda, Maluku. Almanak bertarekh 1620.

Para utusan dari Eropa itu membawa kabar bahwa Heeren XVII (pak bos VOC) dan Gentleman Adventurers (pak bos EIC) telah berunding pada 17 Juli 1619.

Kesepakatannya kerjasama membangun kartel dagang.

Pembagiannya, EIC boleh mengambil sepertiga perdagangan rempah di Maluku, Banda, dan Ambon.

"Untuk perdagangan lada di Jawa, EIC berhak atas setengahnya," tulis Femme S Gaastra dalam War, Competition, and Collaboration yang termuat dalam buku The World of the East India Company.

Coen Berang

Pimpinan armada VOC Jan Pieterszoon Coen (kemudian jadi Gubernur Jenderal VOC 1619-1623 & 1627-1629) naik pitam. Apalagi, saat utusan dari Eropa itu datang, Belanda sedang di atas angin.

Coen menyebut Heeren XVII pengecut dan telah menjual diri pada Gentleman Adventurers. Bagi Coen, orang Inggris sebagai musuh lebih mudah ditangani, daripada orang Inggris sebagai sekutu."

Mengenang kejayaan zaman rempah, Kemenko Maritim menggelar Seminar Internasional bertajuk “350th Anniversary of The Treaty of Breda (1667-2017)

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News