Saat Reformasi Kita Tetap Utuh karena Memiliki Pancasila

Saat Reformasi Kita Tetap Utuh karena Memiliki Pancasila
Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid membuka Sosialisasi Empat Pilar MPR di Kota Tangerang, Banten, Sabtu (14/7). Foto: Humas MPR

Begitulah pada 1990-1991 Presiden Uni Soviet Michael Gorbachev menerapkan kebijakan reformasi (Glasnost dan Perestroika) yang akhirnya negara komunis pertama berbasis kaum pekerja itu pun bubar dan terpecah menjadi beberapa negara. Begitu pula Yogoslavia, juga terpecah menjadi beberapa negara.

"Beda dengan Indonesia, sekali pun negara kita terdiri dari 17 ribu pulau, negara kepulauan, ekonomi kita tidak sangat bagus, transportasi tidak sangat bagus, dan terjadi reformasi, tapi kita memiliki Pancasila sebagai ideologi yang dilahirkan dari kesepakatan bersama. Maka saat terjadi reformasi pun kita tetap utuh," tutur Hidayat.

Maka, lanjut Hidayat, kegiatan sosialisasi penting untuk menegaskan kembali bahwa kita mencintai Indonesia, Tanah Air dimana kita bekerja, negara dimana kita hidup dan menghidupi. Namun, dalam perkembangannya terjadi beragam kejadian dan perubahan yang sering tak kita sadari dan tidak kita ketahui.

“Beragam peristiwa kadang membuat kita kagok untuk menjadi bagian dan memaksimalkan peran serta di negeri ini. Sosialisasi dilakukan agar kita tetap mengenal Indonesia. Supaya kita tidak kagok dengan dinamika sejarah Indonesia," tandas Hidayat.

Hadir pada pembukaan Sosialisasi Empat Pilar MPR ini Indra, S.H., M.H., staf ahli Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid yang juga sebagai narasumber; Sekjen FSPMI/ KSPI Riden Hatam Azis, S.H.; Kepala Biro Setpim Setjen MPR Muhamad Rizal, S.H., MSi., dan Ketua FSPMI se-Tangerang Raya dan juga Ketua Panitia Penyelenggara Sosialisasi Jumadi. (adv/jpnn)

 


Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid mengatakan, jika kaum pekerja paham Pancasila, maka NKRI tidak akan hancur.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News