Saat Terancam PHK, Kalimat Penyemangat 'Rezeki Datangnya dari Tuhan'

Saat Terancam PHK, Kalimat Penyemangat 'Rezeki Datangnya dari Tuhan'
Ilustrasi PHK. Foto: Antara

jpnn.com, SIDOARJO - ARIEF Supriyono sudah merasa tidak tenang sejak akhir 2014. Kelesuhan perusahaan tempatnya bekerja, PT Philips Indonesia terus membayangi otaknya. Di satu sisi Arif sudah tak lagi bisa menggantungkan harapannya pada perusahaan bola lampu tersebut. Di sisi lain, dia belum terbayang harus melakukan apa agar dapur rumahnya tetap ngebul.
    
PT Philips Indonesia yang beroperasi di Brebek, Waru, Sidoarjo memang terus mengalami kelesuhan bisnis sejak akhir 2014. Mulai Oktober, perusahaan asal Belanda itu sudah mengurangi pegawai. Baik pekerja outsourcing, karyawan biasa, hingga level manajer.
      
Arief yang juga duduk di struktur serikat pekerja Philips mengatakan, perusahaan sebenarnya sudah berupaya menerapkan efisiensi. Misalnya saja mengurangi jam lembur. Namun hal itu tetap tak bisa menyelamatkan perusahaan yang bertahun-tahun mensponsori kesebelasan PSV Eindhoven itu.
      
"Ketika kondisi perusahaan terus memburuk, yang saya lakukan terus menguatkan hati anak dan istri," tuturnya. Dia menyemangati istri dan empat buah hatinya bahwa rezeki datangnya dari Tuhan. Asal ada kemauan dan kerja keras, Tuhan tak akan berdiam.
      
Berbagai peluang usaha yang bisa dilakukan jika Arief benar-benar di-PHK terus digodok bersama sang istri. Sempat muncul banyak ide bisnis. Mulai dari buka tempat cuci sepeda motor, cuci pakaian, hingga warung kopi. Ternyata pilihan terakhir yang disepakati keluarga Arief.
      
Mimpi buruk pun akhirnya tiba. Pada 23 Februari, Arief termasuk satu diantara 876 pegawai Philips yang di-PHK. Pemutusan hubungan kerja itu merupakan yang terakhir sebelum perusahaan itu benar-benar menyatakan tutup. Uang pesangon baru didapat Arief pada 31 Maret.
      
Uang itulah yang digunakan untuk mulai merintis warung kopi. Mulai dari membeli peralatan dapur sampai sejumlah fasilitas untuk kedainya seperti TV LED dan modem Wifi.

"Setelah berjalan lima bulan ini Alhamdulillah hasilnya masih bisa membuat dapur ngebul," candanya.
      
Arief sempat bertemu dengan beberapa temannya sesama mantan karyawan Philip yang di-PHK. Beberapa di antarnya memang ada yang memutuskan berwirausaha seperti dirinya. Ada yang juga buka warkop, berjualan beras di pasar, hingga menjadi tukang potong rambut.

"Tapi ada juga teman-teman yang tetap ingin kerja di pabrik. Mereka memasukkan lamaran dan menanti panggilan," terangnya.
      
Arief menyesalkan tidak adanya tindakan konkret dari pemerintah menyikapi korban PHK selama ini. Menurut dia, pelatihan yang katanya disediakan oleh Dinas Tenaga Kerja sejauh ini masih sebatas rencana. Hal itu juga yang terjadi di Jawa Timur.

"Belum ada itu BLK-BLK untuk korban PHK," ujar pria yang menjabat Sekjen Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI), Pengurus Cabang Sidoarjo itu.
      
Kementerian Tenaga Kerja (Kemanker) mengaku telah menyiapkan segala sesuatunya untuk menindaklanjuti ledakan PHK di Indonesia. Direktur Pencegahan dan Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (PPPHI) Kemenaker Sahat Sinurat mengatakan pihak berperan memastikan hak-hak pekerja terpenuhi saat di PHK.
      
Selain itu, Kemenaker juga menyiapkan langkah-langkah agar para pekerja tersebut tidak menjadi pengangguran berkepanjangan. Salah satunya dengan memasukkan mereka ke balai latihan kerja (BLK).
      
Di sana, mereka akan diberikan pendalaman-pendalaman ilmu serta latihan-latihan kerja yang menunjang. Sehingga, mereka akan siap berkompetisi lagi saat keluar dari BLK. "Mereka disiapkan untuk siap bersaing kembali di dunia kerja atau jadi wirausaha. Kalau wirausaha, kita tanya maunya apa. Kita latih, kemudian kita beri modal," jelasnya.
      
Entah mana yang benar. Yang pasti di banyak daerah masih ada ribuan korban PHK yang kesulitan memperoleh pekerjaan. Jika ditanya pasti mereka ingin tak ingin menjadi pengangguran.

Mereka berharap bisa bertindak seperti jargon di peringatan proklamasi tahun ini, "Ayo Kerja!". Tapi entah mereka harus bekerja apa. (gun/mia/sof)

ARIEF Supriyono sudah merasa tidak tenang sejak akhir 2014. Kelesuhan perusahaan tempatnya bekerja, PT Philips Indonesia terus membayangi otaknya.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News