Safari Nanjing

Oleh: Dahlan Iskan

Safari Nanjing
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Di meja-meja itulah jamaah akan berbuka puasa.

Di sebelah barat bangunan ada halaman terbuka kecil. Ada dua pohon besar. Ada dua meja yang juga dikelilingi kursi.

Kami pilih duduk di halaman itu. Akan berbuka di situ.

Lalu datanglah imam masjid ke halaman itu. Masih muda. Ia pakai semacam jas panjang warna hitam. Di bagian dadanya ada bendera Tiongkok. Mencolok. Rupanya itulah baju resmi imam masjid di Nanjing.

Di kepalanya diigalkan serban. Dengan ekor sepanjang punggung di bagian belakang kepala. "Assalamu'alaikum," katanya pada kami. Kami jawab salam itu dengan baik.

"Jadi satu saja," katanya dalam bahasa Mandarin. "Kumpul satu meja," tambahnya.

"Tetapi kami tadi diminta terpisah antara yang laki dan perempuan," ujar Ike Erike mahasiswi asal Cibinong, Bogor.

Ike, berjilbab, menjabat ketua mahasiswa Indonesia di Nanjing. Ada 150 mahasiswa kita di kota itu.

Saya minta maaf pada mereka yang bukan Islam: kok bikin janji di masjid. Mereka justru berterima kasih. Punya pengalaman baru.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News