Sahabat D-dimer

Oleh: Dahlan Iskan

Sahabat D-dimer
Dahlan Iskan dan istri di Banyuwangi, Jawa Timur. Foto: disway.id

Tentu saya lebih sayang pada hati saya. Itu benda titipan. Meski sudah 15 tahun menyatu dengan tubuh saya, tetaplah itu hatinya orang lain. Yang harus saya jaga baik-baik. 

Lima hari kemudian saya ke lab lagi. Fungsi hati saya sudah normal lagi. Kian banyak dokter yang saya hubungi. Di dalam dan luar negeri. Tidak ada jawaban yang memuaskan. 

Sampai hari ini. Tiap sepuluh hari saya ke lab. Tetap saja D-dimer saya sekitar 1.800 itu. 

Banyak dokter yang bertanya balik: berapa D-dimer saya sebelum kena Covid. Jangan-jangan sudah tinggi. 

Saya tidak bisa menjawab itu. Seumur hidup baru sekali D-dimer diperiksa ya di RS Premier Surabaya itu. Saat kena Covid itu. 

Sebelumnya, jangankan periksa, istilah D-dimer pun belum pernah mendengar. 

Saya pun menghubungi dokter Ben Chua di Singapura: apakah pernah memeriksa D-dimer saya. Yakni, saat ia menangani aorta dissection saya tiga tahun lalu. 

”Hi Pak Dahlan... we did not check D-dimer previously as you did not have dvt or was suspected to have dvt,” jawabnya. 

Saya sudah sembuh dari Covid. Ternyata belum. Itulah yang disebut long Covid, ujar seorang dokter. Biasa juga disebut happy hypoxia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News