Sakura Haitang

Oleh: Dahlan Iskan

Sakura Haitang
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Lalu saya berwajah serius: untuk bunga tidak ada yang mengalahkan bunga tropik. Bunga di Indonesia. Banyaknya sinar matahari membuat bunga di Indonesia lebih jreng. Lebih warna warni.

Bunga di daerah dingin umumnya pucat seperti warna kulit orangnya.

Mereka tidak setuju. "Bunga di Indonesia jelek. Tercampur daun. Di sini, kalau musim bunga, satu pohon bunga semua. Tidak ada daunnya," kata mereka.

Saya bantah pendapatnyi itu. Di dalam hati. Dan di tulisan ini. "Di Indonesia juga ada yang satu pohon penuh bunga. Tidak ada daunnya. Namanya bunga flamboyan," kata saya. "Bahkan ada lagunya," sambil saya mencarikan lagu dari tahun mereka belum lahir.

Rumah sakit tempat saya transplantasi hati tidak jauh dari taman Hai Tang Tianjin itu.

Saya menjadi saksi perjalanan rumah sakit itu 17 tahun terakhir. Ketika pertama ke sana masih terlihat belum tertata.

Di halaman RS itu masih ada tumpukan batu bara: untuk bahan bakar boiler. Lingkungan menjadi terlihat kotor. Di situlah diproduksi air panas. Untuk kepentingan rumah sakit. Pipa-pipa aliran air panas juga banyak melintang di sana-sini.

Tiap kali datang lagi selalu ada yang baru. Batu bara hilang. Boiler hilang. Pipa-pipa hilang. Layar-layar komputer baru dihadirkan.

Di Tiongkok ada satu bunga lagi yang seperti Sakura. Mekarnya juga hanya di bulan April. Juga hanya mekar dua minggu. Namanya: hai tang hua.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News