Saluran Air di Ketintang Bau dan Berwarna Merah

Saluran Air di Ketintang Bau dan Berwarna Merah
FOTO : Jawa Pos

jpnn.com, SURABAYA - Sudah beberapa pekan ini, saluran air di kawasan Ketintang Baru Selatan mengeluarkan bau amis dan berwarna merah. Diduga, saluran air tercemar dengan zat yang berasal dari karat.

Fenomena tersebut sejatinya sudah menjadi perhatian warga. Warga sekitar maupun pengendara yang lewat pasti tidak asing dengan pemandangan di saluran tepi jalan itu. Apalagi jika mereka terjebak macet di sore hari. Mau tidak mau, pengguna jalan harus terpapar bau amis yang tiba-tiba menyerang rongga hidung.

Berdasar pantauan Jawa Pos di lapangan kemarin, air saluran tersebut berwarna cokelat kemerahan. Warnanya hampir menyerupai batu bata. Airnya pun sangat pekat. Seperti banyak sekali limbah yang sudah mencemari saluran tersebut. Tak jarang juga ditemukan beberapa sampah yang menggenang.

Air berwarna cokelat kemerahan tersebut hanya mengalir di saluran sisi utara jalan. Sedangan sisi selatan didominasi warna hijau seperti lumut. Panjang saluran yang dialiri dengan air kemerahan sekitar 300 meter. 

Salah seorang anggota komunitas peduli lingkungan Ecoton Aryo Utomo menjelaskan, sudah pasti ada limbah yang mencemari saluran tersebut. Dia berusaha mencari penyebab pencemaran dari lokasi tempat saluran itu berada. "Semua yang kami kemukakan baru perkiraan saja," ucapnya. 

Berdasar penelusuran awal, sepanjang saluran, sejatinya tak ditemukan pabrik tekstil atau pewarnaan lainnya. Dengan demikian, kemungkinan tumpahnya cat berwarna merah dianulir. Kawasan tersebut juga tidak berdekatan dengan rumah pemotongan hewan (RPH) sehingga sudah pasti air itu tidak tercemar dengan darah. Dua alasan tersebut meninggalkan satu dugaan. Bahwa, air di saluran itu tercemar oleh karat. "Ciri-cirinya sama, warna karat kalau tersentuh air kan seperti itu. Apalagi baunya juga sedikit amis," jelas Aryo.

Aryo menambahkan, Ecoton menganjurkan dinas lingkungan hidup (DLH) segera melakukan normalisasi. Sebab, jika benar, air itu sudah tercemar dengan logam berat. Karena musim kemarau, saluran tersebut memang hanya tersendat di satu titik. Tapi, jika hujan turun, air akan semakin penuh dan mengalir ke wilayah lainnya. Yang menjadi perhatian, pencemaran itu bisa merusak ekosistem yang ada di luar saluran air tersebut. "Sudah pasti sangat berbahaya, bisa merusak ekosistem dan biota laut jika diteruskan," tutur Aryo. (bin/c17/ady) 


Warga sekitar maupun pengendara yang lewat pasti tidak asing dengan pemandangan di saluran tepi jalan itu. Apalagi jika mereka terjebak macet di sore hari


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News