Santri Terpaksa Mengaji Diiringi Dangdut Koplo

Santri Terpaksa Mengaji Diiringi Dangdut Koplo
Santri Terpaksa Mengaji Diiringi Dangdut Koplo

Suara itu, kata Ahkam, tak kunjung reda ketika kumandang azan. Bahkan ketika mereka mengaji setelah magrib. Guru dan santri setengah mati mengabaikannya. “Sampai akhirnya terbiasa,” kata pemimpin pondok pesantren dengan sekitar 200 santri ini.

Sementara itu, dari hasil sidak tim gabungan, akan dibuat kajian yang dibantu Universitas Mulawarman, Samarinda. Hardiana, ketua tim, membeberkan bahwa pernah ditemukan tiga perempuan di bawah umur yang diperdagangkan lokalisasi ini. Semua berasal dari Pulau Jawa dan sudah dipulangkan.

Kasubbid Perlindungan Anak, Badan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (BKBP3A) Kukar, Lilis Mardiana, mengatakan bahwa pesantren merupakan milik yayasan.

Bangunan permanen pun mendapat bantuan dari Pemprov Kaltim. Di Simpang Tiga Kitadin, tim turut menemukan anak-anak yang dilahirkan dan dibesarkan di lokalisasi. Kepada orangtua mereka, diminta sang anak tidak tumbuh di lingkungan seperti itu.

“Kalau bisa, lokalisasi yang dipindahkan. Meski jauh, lokalisasi didatangi orang. Sementara pesantren pasti kesulitan dengan lahan,” tegasnya.
Dia melanjutkan, di penjuru Kukar ada beberapa lokalisasi. Selain di Simpang Tiga Kitadin di Tenggarong Seberang, ada rumah bordil di Kecamatan Muara Badak; Muara Kembang di Kecamatan Muara Jawa, serta Kilometer 10 Loa Janan.

Melihat lokalisasi yang tumbuh subur di Kukar, Lilis mengaku miris. “Di Balikpapan sudah tutup, di Bontang juga. Mereka (pekerja seks komersial, Red) banyak yang lari ke Kukar,” ucapnya. (fel/zal/k8)


DUA tahun lalu, Kaltim Post (JPNN Grup) menurunkan laporan tentang pesantren yang berdampingan dengan lokalisasi pelacuran. Nyaris tiada perubahan


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News