Santri Terpaksa Mengaji Diiringi Dangdut Koplo

Santri Terpaksa Mengaji Diiringi Dangdut Koplo
Santri Terpaksa Mengaji Diiringi Dangdut Koplo

Kaltim Post telah menurunkan laporan tentang kerisihan pesantren, 30 Juli 2012 silam. Sepanjang dua tahun terakhir, tidak ada upaya menyelesaikan persoalan. Baru kemarin (7/10), tim gabungan bernama Gugus Tugas menginspeksi lokalisasi yang sering disebut Simpang Tiga Kitadin.

Tim terdiri atas instansi Pemkab Kukar seperti Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, Satpol PP, dan Dinas Perhubungan. Ada pula Unit Perlindungan Perempuan dan Anak, Polres Kukar dan jajaran Polda Kaltim.

Sidak dipicu kerawanan di beberapa lokalisasi yang diduga menjadi tempat perdagangan manusia (trafficking). Termasuk anak di bawah umur.

Ketua Tim Gugus Tugas Perdagangan Orang dan Eksploitasi Seksual Anak Kaltim, Hardiana Muriani, mengatakan sidak ini sudah yang kesekian. “Kami kaget karena kami baru tahu ada lokalisasi yang dekat dengan pesantren,” ungkapnya.

Temuan tersebut membuat Hardiana sangat prihatin. Kegiatan di lokalisasi pasti sangat mengganggu aktivitas belajar-mengajar. “Malam hari, pihak pesantren mengaku sering mendengar suara dari lokalisasi. Ini menjadi masukan kami untuk disampaikan kepada pimpinan,” tutur perempuan berkerudung ini.

Sayyidul Ahkam, kiai yang memimpin Pondok Pesantren Nahdlatul Wathan, telah menceritakan kehidupan pesantren. Ahkam yang mengajar di sini sepulang dari Makkah pada 2008, mengaku terusik dengan ingar-bingar lokalisasi.

Paling mengganggu adalah suara musik tiada henti. Sedari pukul delapan pagi hingga lewat tengah malam. Hampir setiap rumah di lokalisasi dilengkapi peralatan sistem suara jumbo. Pengeras suara ditumpuk setinggi kulkas dua pintu. Mengirim dentuman bas yang pongah untuk membuyarkan konsentrasi belajar para siswa.

Padahal, aktivitas di pesantren dimulai sejak subuh. Kesunyian betul-betul hanya bisa dinikmati ketika tadarus, selepas salat dini hari. Setelah itu, irama berhaluan “Iwak Peyek” dengan hebat menerjang-nerjang sudut-sudut kelas. Tak ada yang terlewatkan.

DUA tahun lalu, Kaltim Post (JPNN Grup) menurunkan laporan tentang pesantren yang berdampingan dengan lokalisasi pelacuran. Nyaris tiada perubahan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News