Saya Harus Ngurus Negara

Saya Harus Ngurus Negara
Nusron Wahid. Foto: dok.JPNN

Dalam rangka perlindungan nanti kita akan membuat model early warning system. Yaitu bagaimana kita bisa deteksi dini day-per-day, early time kondisi TKI di luar negeri itu. Apakah dia sehat, produktif, gajinya dibayar utuh atau tidak. Saya belum bisa komentar case per case karena baru dilantik. Secara umum dulu lah kita bicara soal penguatan perlindungan dengan deteksi dini. Selama ini belum ada semacam monitoring yang continue.

Bagaimana caranya perlindungan TKI dan pengawasan yang efektif?

Belum ketemu. Apakah nanti kita buat pola semua TKI laporkan nomor handphonenya dan kita kasih dengan provider di Indonesia. Tapi intinya semua harus digital. Mereka kerja di Korea, Hongkong, Arab Saudi, Taiwan semua kan sudah kenal digital semua.

Apakah untuk pemantauan itu akan dibuat tim khusus?

Enggak. Kita belum bicara tim khusus. Sudah banyak instrumen, ada Telkom, ada Menkominfo, ada apa, tinggal kita replik aja. Antara satu pemerintahan kan harus saling koordinasi. Tidak usah membuat barang baru.

Perubahan apa lagi yang akan dilakukan untuk TKI?

Kita akan mencoba melakukan berbagai perubahan-perubahan model bisnisnya yang dalam konteks penempatan. Saat ini sama-sama kita ketahui TKI yang mau berangkat itu nasibnya kasihan sekali. Untuk berangkat itu harus datang ke 22 loket, dengan waktu yang panjang dan membutuhkan biaya yang tinggi. Nah kita ingin bagaimana para TKI ini sebelum berangkat itu gampang prosesnya, murah biayanya.

Contohnya konkritnya bagaimana?

MASIH muda. Tapi pria kelahiran Kota Kudus 12 Oktober 1971 ini sudah matang di dunia politik, juga di organisasi kemasyarakatan. Nusron Wahid adalah

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News