Saya Sempat Kalang Kabut

Saya Sempat Kalang Kabut
Wiendu Nuryanti. Foto: Nicha Ratnasari/JPNN
Kalau melihat dari usaha dan industrinya itu memang lebih dekat ke industri kreatif. Tapi kalau melihat perlindungan terhadap nilai-nilai dan dampaknya agar tidak merusak dan sebagainya, itu ada di tangan kebudayaan. Saya kira, di kehidupan nyata memang sudah memisahkan antara kedua hal itu.


Apa sudah ada pembicaraan dengan Mendikbud mengenai hal ini?

Belum ada pembahasan, dan tetapi baru segera akan dibahas. Tapi memang kalau saya melihat, untuk film ini usaha dan industrinya memang masuk di dalam ekonomi kreatif. Mungkin sensor filmnya bisa berada di bawah Kemendikbud. Tapi itu kan tidak masuk akal jika ditangani dua kementerian. Maka itu, nanti akan dibahas antara dua kementerian ini.


Bagaimana sih ceritanya saat dipanggil ke Cikeas?

Ya tentu saya dihubungi oleh Pak Sudi Silalahi. Pada saat itu, saya sedang membantu anak saya mengerjakan PR. Saya pikir, barangkali ini saatnya dan suatu amanah untuk membangun kebudayaan dengan ilmu yang saya dapat selama ini.


Anda sempat nervous ya?

Iya, tentu. Saya kan seorang guru, dosen. Kalau masuk ke dunia pemerintahan ini, saya sempat kalang kabut, pasti bakal ini dan itu. Hiruk pikuk gitu lah. Saya kan tidak berpikir masuk ke jajaran pemerintahan. Tapi mudah-mudahan banyak pihak yang bisa membantu saya menjalankan tugas ini termasuk media. Yang saya inginkan itu, hanya satu. Jangan sampai kebudayaan itu terpinggirkan. Itu saja deh. Itu harus menjadi pilar penting untuk membangun bangsa ini.

LAMA berkiprah di dunia kampus, Prof. Dr. Ir. Wiendu Nuryanti, M.Arch  tidak banyak dikenal publik. Momen reshuffle kabinet telah memaksa publik

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News