Sebuah Kisah yang Indonesia Tak Ingin Dunia Tahu

Sebuah Kisah yang Indonesia Tak Ingin Dunia Tahu
Ronny Kareni menghiasi wajahnya dengan warna-warni bendera Bintang Kejora, simbol gerakan Papua Merdeka. (Foreign Correspondent: Greg Nelson ACS)

Pemblokiran internet

Pecahnya aksi-aksi kekerasan baru pada bulan Agustus 2019 membuat Indonesia memutus kemampuan warga Papua untuk menyebarkan berita.

Setelah berminggu-minggu terjadi pertumpahan darah, Indonesia melakukan pemblokiran internet untuk Papua. Namun video, foto, dan laporan tertulis terus mengalir keluar.

Ketegangan merebak awal Agustus lalu ketika sekelompok mahasiswa Papua dikepung di asrama mereka di Surabaya, menyusul laporan mengenai bendera Merah Putih yang dirusak di sana.

Sebuah Kisah yang Indonesia Tak Ingin Dunia Tahu Video: Warga turun ke jalan untuk mendukung gerakan Papua Merdeka. (ABC News)

 

Massa pun berkumpul dan melakukan pelecehan rasial terhadap mahasiswa Papua, termasuk menyebut mereka sebagai monyet.

Sebagai reaksi, di Papua ribuan orang, kebanyakan mahasiswa dan pelajar, turun ke jalan menuntut diakhirinya rasisme dan menuntut kemerdekaan.

Aksi-aksi damai dengan cepat berubah menjadi kekerasan, demonstran dan aparat keamanan bentrok. Kelompok-kelompok milisi sipil pun bergabung dalam aksi konflik ini.

Indonesia mengerahkan 6.000 polisi dan tentara ke Papua Barat dan Papua untuk memadamkan kerusuhan.

Penduduk salah satu desa di dataran tinggi Papua, di wilayah Indonesia paling timur, kini kembali ke kampungnya dan menemukan puing-puing rumah mereka yang hangus terbakar

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News