Sekelumit Kisah Pendamping Lansia, Pengabdian Tanpa Henti di Tengah Pandemi Corona

Sekelumit Kisah Pendamping Lansia, Pengabdian Tanpa Henti di Tengah Pandemi Corona
Pengabdian. Nawula, seorang pekerja sosial menceritakan suka duka pengabdiannya selama 28 tahun di BRSLU Budhi Dharma Bekasi, Rabu (23/12). Foto: Humas Kemensos.

Pengabdian ini bukanlah beban bagi Nawula. Menurutnya, mengurus para lansia merupakan sebuah penghargaan baginya. Nawula menegaskan sangat senang melakukan pekerjaan ini.

“Ini sebuah penghargaan, saya puas mengurus nenek-nenek dengan baik. Saya juga bertugas di sini sangat senang,” katanya.

Selain mengantar ke RS bila ada lansia yang sakit, banyak tugas lain yang dilakukannya. Misalnya, memandikan hingga menyuapi makanan untuk para lansia.

Nawula tidak pernah menolak apa pun tugas yang ada. Semua dilakukan karena Nawula bekerja dengan hati.

“Apa pun tugas yang ada di sini saya tidak pernah menolaknya. Seperti memandikan nenek-nenek dan menyuapi makanan, saya lakukan itu semua karena saya bekerja dengan hati,” jelasnya.

Lain Nawula, lain pula Umi Mahmudah Nuryani. Umi adalah seorang psikolog yang sudah 15 tahun bertugas, khususnya untuk konseling lansia.

Umi mengaku ia adalah orang yang pertama kali dihubungi bila terjadi konflik antarlansia.  Namun, dalam menjalankan tugasnya Umi tetap bekerja sama dengan pekerja sosial.

"Kalau ada masalah dengan lansia, kami langsung terjun ke lapangan dan selesaikan secara individu dulu baru kelompok,” ungkap Umi.

Program ATENSI dibuat dengan latar belakang penghormatan, perlindungan, pemenuhan hak-hak kaum lansia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News