Sekolah Lima Hari, Selamat Tinggal PR

Sekolah Lima Hari, Selamat Tinggal PR
Para siswa sibuk mempersiapkan datangnya kegiatan Persami di SMA 1 Balikpapan, Sabtu (29/7). Foto: PAKSI SANDANG PRABOWO/Kaltim Post/JPNN.com

Seperti Jumat itu, terlihat para guru masih turut berada di sekolah hingga sore hari. Mereka menemani siswa mengisi waktu ekstrakurikuler sesuai pilihan masing-masing.

Imam menambahkan, dengan konsep lima hari belajar, harapannya di masa mendatang tak ada lagi pekerjaan rumah (PR). Sehingga setelah pulang sekolah, anak-anak bisa langsung beristirahat.

“Mulai sekarang guru harus memperkecil tugas rumah. Jadi, tugas-tugas diselesaikan di sekolah juga. Pulang ke rumah siswa sudah tidak ada beban, kalau mungkin ada PR yang sifatnya hanya tugas lanjutan. Sedikit demi sedikit kami sudah terapkan itu,” bebernya.

Meski waktu sekolah berkurang satu hari, Imam meyakini konsep ini tidak mengubah struktur kurikulum. Setiap hari, siswa mendapatkan jatah 10 jam pelajaran. Totalnya dalam satu minggu 44 jam.

“Saya rasa tidak ada kendala besar baik guru atau siswa karena sudah terbiasa pulang jam 4 sore. Jadi, pelajaran yang tadinya ada pada hari Sabtu ditarik ke hari lain. Bertambah pada hari Senin-Kamis. Kalau dulu ada yang pulang sekolah pukul 15.00 Wita, sekarang semua harus pulang jam 16.00 Wita,” tuturnya.

Diketahui, penerapan sistem lima hari belajar tersebut mengacu pada imbauan Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas. Imbauan itu ditujukan kepada 104 sekolah rujukan di Indonesia.

“Setiap kabupaten/kota menunjuk satu sekolah. Harapannya nanti sekolah rujukan bisa memberikan praktik baik kepada sekolah lain. Misalnya, ada program peningkatan kualitas pembelajaran hingga program bedah kampus untuk siswa yang lanjut PTN,” ujarnya.

Sekolah rujukan ini diimbau untuk mencoba pelaksanaan lima hari belajar selama enam bulan. Harapannya, saat Sabtu, siswa bisa berkumpul dengan keluarga agar lebih dekat dan meningkatkan karakter. “Pendidikan keluarga kan pertama dan utama. Sekolah kami akhirnya menerapkan konsep itu,” jelasnya.

Sabtu (29/7) pagi, hanya ada belasan siswa SMA 1 Balikpapan, Kaltim, yang datang ke sekolah. Ini salah satu pemandangan berbeda dari penerapan kebijakan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News