Selamat Datang Bunga Rendah Rasa Berdebar

Selamat Datang Bunga Rendah Rasa Berdebar
Selamat Datang Bunga Rendah Rasa Berdebar

Kali ini rupanya hukum itu akan dibalik: suku bunga dulu yang harus rendah. Nantilah. Inflasi akan ikut rendah.

Tentu ini bukan tontonan. Tapi, cerita yang dibalikkan itu menarik untuk disaksikan. Dengan berdebar. Menanti akhir dari cerita itu.

Skenario 1: Bunga turun, ekonomi bergairah, produksi naik, infrastruktur beres, logistik efisien, dan seterusnya. Inflasi pun akan rendah. Bunga rendah pun bisa terus dipertahankan. Bahkan dibuat lebih rendah lagi.

Itu skenario happy ending. Meski awalnya berdebar, akhirnya membuat penonton tersenyum. Bahagia.

Skenario 2: Bunga rendah, ekonomi bergairah. Tapi, produksi tidak naik. Infrastruktur tidak oke. Jalan macet, listrik mati-mati, pelabuhan ruwet, birokrasi lambat. Akibatnya, harga-harga naik. Inflasi tinggi.

Kalau skenario 2 ini yang terjadi, itulah skenario tragic ending. Dalam waktu dua tahun dunia perbankan sesak napas. Termehek-mehek. Tidak kuat lagi. Ekonomi runtuh secara mendasar.  Perbankan, yang semula dipaksa ibarat dokter yang harus menyembuhkan pasien, justru dia sendiri yang sakit.

Dunia perbankan sudah berhasil takluk. Ditaklukkan. Masa depan perbankan sepenuhnya menunggu kinerja ekonomi pemerintah.

Kalau pemerintah berhasil menjaga inflasi maksimum 3,5 persen, dunia perbankan selamat. Kalau sebaliknya, dunia perbankan wasalam.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News