Sembuhkan Orang Gila, Bripka Sahabuddin Naik Pangkat

Sembuhkan Orang Gila, Bripka Sahabuddin Naik Pangkat
Bripka Sahabuddin diapit istrinya, Sri Handayani dan Kapolres Barru, AKBP Burhaman. Foto: Idham Ama/Fajar

Secara bertahap Sahabuddin membawa orang-orang gila tersebut ke RSJ di Kota Makassar untuk pengobatan. Tak hanya sampai di situ, setiap saat Sahabuddin memantau perkembangan mereka di RSJ. Jika sudah sembuh dia mengeluarkan dari RSJ dan membawa kembali ke kampung halaman. "Baru saja saya antar lagi ke RSJ untuk konsultasi. Sekalian ambil obat," katanya.

Sejak menekuni 'tugas mulia' itu, Sahabuddin mengaku bersyukur karena bisa membantu orang lain. Sekaligus mengurangi beban penderitaan orang yang mengalami gangguan jiwa dan keluarganya. "Saya berkesimpulan bahwa orang gila itu butuh perhatian, butuh sentuhan. Terbukti mereka bisa sembuh," ucapnya.

Sri Handayani, istri Sahabuddin mengaku, senang karena sang suami bisa menolong orang yang hidupnya susah karena gangguan kejiwaan. Sri bahkan ikut membantu suami jika ada yang membutuhkan penanganan. "Senang dan bangga tentunya," kata Sri, sembari melirik suaminya.

Seperti apa karier Sahabuddin di korps baju cokelat? Sahabuddin ternyata menyelesaikan pendidikan dasar di SD Pai, SMP 14 Sudiang, dan SMA Ramayana Pai, Makassar. Setelah tamat SMA, dia mencoba peruntungan dengan mendaftar Secaba Tahun 1994/1995. Waktu itu dewi portuna tidak berpihak kepadanya. Dia dinyatakan tidak lolos di seleksi akhir.

Untungnya karena fisik dan hasil ujiannya bagus sehingga direkomendasikan masuk di tamtama Brimob pada tahun yang sama. Setelah menyelesaikan pendidikan, Sahabuddin bertugas di Satuan Gegana Brimob Kelapa Dua.

Sebagai pasukan elite kepolisian, selama 13 tahun Sahabuddin menghabiskan masa dinasnya dengan berbagai operasi yang diikuti. Operasi itu di antaranya; Operasi Pembebasan Sandera Mapenduma. Operasi militer ini untuk membebaskan peneliti dari Ekspedisi Lorentz 95 yang disandera Organisasi Papua Merdeka.

Operasi ini sebagian besar anggotanya berasal dari Kopassus. Operasi ini dimulai tanggal 8 Januari 1996 dan berakhir 9 Mei 1996 setelah penyerbuan Kopassus ke markas OPM di Desa Geselama, Mimika. Dalam penyerbuan ini, dua dari sebelas sandera ditemukan tewas, Matheis Yosias Lasembu, seorang peneliti ornitologi dan Navy W. Th. Panekenan, seorang peneliti biologi.

Operasi lainnya yang diikuti adalah, Operasi Cinta Meunasah Aceh 1, Operasi Cinta Meunasah Aceh II, Operasi Opslihkam Aceh, Operasi Kemanusiaan Sumbar, dan Operasi Tinombala Sulteng.

Sahabuddin diundang makan siang bersama Kapolri dan kemudian mendapat kenaikan pangkat.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News