Senjata Yubo

Oleh: Dahlan Iskan

Senjata Yubo
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Mereka harus mati-matian melindungi hasil kerja kerasnya itu. Sendirian.

Baca Juga:

Mereka tidak rela hasil kerja keras itu dirampok orang begitu saja. Baik sesama kulit putih atau oleh ras lain. Mereka jaga kekayaan mereka dengan taruhan nyawa. Tanpa mengandalkan bantuan pemerintah. Atau polisi.

Mereka harus punya senjata. Suami punya satu pistol. Istri juga. Lalu suami punya lagi senjata laras panjang. Itulah peralatan standar rumah tangga mereka. Ibarat punya piring dan sendok.

Seperti itu juga di rumah teman-teman saya di sana. Ditunjukkanlah kepada saya di mana menyimpan pistol. Di mana letak senjata laras panjang. Saya pernah juga diminta mencobanya. Di halaman belakang.

Di Kongres NRA itu juga dinyatakan bahwa tidak satu pun anggota NRA yang pernah terlibat penembakan massal seperti yang baru terjadi di kota kecil Uvalde, bagian barat daya Texas.

"Kami bukan teroris. Tangan kami tidak berlumur darah. Kami taat hukum Amerika. Kami hanya ingin menjaga diri dan keluarga kami. Kami bangga jadi anggota NRA," bunyi publikasi resmi di NRA.

Berarti masyarakat Amerika tetap terbelah. Presiden Joe Biden yang kemarin ke Uvalde diteriaki sebagian masyarakat di sana.

"Lakukanlah sesuatu agar tidak terjadi lagi peristiwa seperti ini," teriak mereka seperti dilaporkan media di sana. "I will do," balas Biden.

Salvador Ramos di Yubo pernah mengancam si wanita untuk diperkosa dan dibunuh, bahkan dia akan menembaki sekolah si wanita itu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News