Seolah Melihat Langsung Pramoedya Ananta Toer Bekerja

Seolah Melihat Langsung Pramoedya Ananta Toer Bekerja
Engel Tanzil saat berada di replika ruang kerja Pramoedya Ananta Toer dengan barang-barang yang masih asli di Dia Lo Gue Kemang Jakarta Selatan, Rabu (30/5/2018). Foto: Imam Husein/Jawa Pos

jpnn.com - Engel Tanzil butuh enam bulan untuk mewujudkan pameran buku, catatan, arsip, dan barang-barang pribadi Pramoedya Ananta Toer. Isi diorama ruang kerja hampir semuanya asli dari ruang kerja Pram di rumah.

TAUFIQURRAHMAN, Jakarta

TIGA mesin tik diletakkan di ruangan itu. Dua di meja samping. Satu yang paling besar di meja utama.

Buku, kotak kardus tempat beberapa bolpoin, dan pisau pencungkil staples menemani mesin tik yang di meja utama. Juga, tempat lem dari kaleng bekas serta sebungkus rokok merek Djarum. Lengkap dengan asbak penuh puntung serta abu rokok.

Sebuah lampu belajar meneranginya. Sementara itu, Bunga Penutup Abad yang dimainkan Ricky Leonardi Chamber Orchestra mengalun pelan.

Berada di sana, seolah bisa melihat langsung Pramoedya Ananta Toer bekerja. Cetak, cetok, jarinya menari di atas mesin tik. Sembari kebal-kebul mengembuskan asap rokok.

”Pram kan kalau lagi nulis pakai sarung,” kata Engel Tanzil sambil menunjuk kursi putar di belakang meja, yang porosnya berkarat dan beberapa bagian kulitnya sobek, tempat selembar sarung disampirkan.

Diorama ruang kerja Pram tersebut diletakkan di ruang belakang artspace milik Engel, dia.lo.gue, yang terletak di daerah Kemang, Jakarta. Merupakan bagian dari displai pameran Namaku Pram: Catatan dan Arsip.

Engel Tanzil berhasil menggelar pameran pertama koleksi pribadi Pramoedya Ananta Toer, sastrawan besar Indonesia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News