Serbuan Monyet Ngeri! Ayolah Segera Panggil Para Pawang dari Suku Baduy

Serbuan Monyet Ngeri! Ayolah Segera Panggil Para Pawang dari Suku Baduy
Warga Gunturharjo, Kecamatan Paranggupito, Wonogiri, menunggui ladang mereka agar tidak dijarah monyet – monyet liar. Foto: IWAN KAWUL/RADAR SOLO

BACA JUGA: Ratusan Kera Liar Menyerang Tanaman, Petani Percaya Mitos

”Pas saya tiba di ladang bersiap untuk panen, ladang jagung saya ternyata sudah acak-acakan,” kata Sokiran, warga Guntur yang berpapasan dengan kami di jalan.

Total ladang satu dusun yang diserang, lanjut Sokiran, sampai 20 hektare. ”Jelas rugi besar, Mas,” ujar Sokiran tanpa mau memerinci berapa kerugian yang dia tanggung.

Dusun Guntur, seperti umumnya desa-desa bertanah karst di Paranggupito, mengandalkan pengairan tadah hujan. Tanahnya merah. Sekelilingnya dikepung bukit karst.

”Ada tradisi lokal masyarakat kami yang namanya ngawu-awu, warisan leluhur masyarakat yang hidup di tempat tandus seperti di Paranggupito,” jelas Widhi saat kami kembali melanjutkan perjalanan.

Metode tersebut secara garis besar adalah mengolah lahan, lalu menanam benih di akhir musim kemarau. Harapannya, jika hujan turun, benih langsung bisa tumbuh.

Benar saja, benih-benih jagung, kacang tanah, dan padi gogo yang ditanam sekitar November 2018 saat ini sudah memasuki masa panen. Tapi, itu tadi, buah kerja keras yang sudah di depan mata tersebut lenyap akibat serbuan monyet.

Binatang tersebut biasa hidup berkoloni mulai 30 sampai 50 ekor. Bahkan, antarkelompok monyet itu juga sering berkelahi memperebutkan makanan. Kalau sudah begitu, tanaman bisa dipastikan rusak sebagai ajang tawuran monyet-monyet.

Puluhan hektare lahan jagung siap panen ludes diserbu monyet liar, petani berharap Pemkab Wonogiri segera memanggil para pawang dari suku Baduy.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News