Seruan Pengampunan dan Persatuan di Penghormatan Korban Pembantaian Christchurch

Seruan Pengampunan dan Persatuan di Penghormatan Korban Pembantaian Christchurch
Pemakaman pertama korban penembakan di Christchurch, Selandia Baru. Foto: Reuters

"Saya menginginkan hati yang penuh dengan cinta dan perhatian serta penuh belas kasih. Hati seperti itu bakal dengan mudah memaafkan," ujar Farid Ahmed. Istrinya, Husna, adalah salah seorang korban meninggal.

Ahmed telah memaafkan pembunuh istrinya. Dia tidak ingin hidup dengan hati yang panas bak gunung berapi. Menurut dia, semua orang yang hadir kemarin berasal dari budaya dan kepercayaan yang berbeda-beda. Tapi, mereka bersama-sama layaknya sebuah kebun yang indah. Ya, Christchurch memang berjuluk Garden City.

Paparan tak kalah menyentuh disampaikan Ardern. Ibu satu anak itu mengenakan gaun hitam dan memakai jubah suku Maori yang disebut kakahu. Ardern menegaskan bahwa rasisme memang ada, tapi tidak disambut di Selandia Baru. Demikian halnya dengan kekerasan, ekstremisme, dan sejenisnya. (sha/c10/dos)


pembantaian di Masjid Al Noor dan Linwood Jumat (15/3) masih menyisakan lara. Lima puluh orang gugur di tangan teroris biadab.


Redaktur & Reporter : Adil

Sumber Jawa Pos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News