Serunya Bukber di Kunming

Serunya Bukber di Kunming
Dahlan Iskan.

”Untuk sembahyang ashar,” kata anak muda itu.

”Asharnya kok telat sekali ya…,” kata saya dalam hati.

Tidak berani sok mengkritik. Kalau di kampung saya ashar setelat itu sudah dipelototi: salat kok ditelat-telatkan.

”Salat itu harus tepat waktu,” begitu ajaran yang selalu didengungkan. Belakangan ini.

Tidak dulu. Waktu saya kecil. Waktu orang-orang masih mencangkul di sawah.

Saat waktu asar tiba. Para petani baru salat ashar sepulang dari sawah. Saat matahari sudah menguning. Seperti di Kunming ini. Tidak ada yang memelototi.

Pukul 19.00 salat Asar di masjid Cheng-yi ini selesai. Matahari kian senja: memerah.

Begitu salam, para jamaah langsung berdiri. Tidak ada wirid. Mereka pindah tempat. Duduk melingkar. Menunggu datangnya saat berbuka. Inilah ngabuburit gaya Kunming: tidak ada yang meninggalkan masjid.

Saya tahu: tidak mudah cari tiket pulang. Dari Amerikanya sih mudah. Tapi setelah tiba di Asia akan sulit cari sambungan ke Indonesia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News