Serunya Bukber di Kunming
”Untuk sembahyang ashar,” kata anak muda itu.
”Asharnya kok telat sekali ya…,” kata saya dalam hati.
Tidak berani sok mengkritik. Kalau di kampung saya ashar setelat itu sudah dipelototi: salat kok ditelat-telatkan.
”Salat itu harus tepat waktu,” begitu ajaran yang selalu didengungkan. Belakangan ini.
Tidak dulu. Waktu saya kecil. Waktu orang-orang masih mencangkul di sawah.
Saat waktu asar tiba. Para petani baru salat ashar sepulang dari sawah. Saat matahari sudah menguning. Seperti di Kunming ini. Tidak ada yang memelototi.
Pukul 19.00 salat Asar di masjid Cheng-yi ini selesai. Matahari kian senja: memerah.
Begitu salam, para jamaah langsung berdiri. Tidak ada wirid. Mereka pindah tempat. Duduk melingkar. Menunggu datangnya saat berbuka. Inilah ngabuburit gaya Kunming: tidak ada yang meninggalkan masjid.
Saya tahu: tidak mudah cari tiket pulang. Dari Amerikanya sih mudah. Tapi setelah tiba di Asia akan sulit cari sambungan ke Indonesia.
- Politik Hati
- DBL Camp 2024 Hadir di Jakarta, Ratusan Pelajar Berebut 12 Tiket ke Amerika Serikat
- Belanja Militer Dunia Nyaris Tembus Rp 40 Kuadriliun, 3 Negara Ini Paling Boros
- Ngantuk Terkulai
- Luhut Sebut Tiongkok Bersedia Kembangkan Pertanian di Kalteng
- Kecewa Berat, Palestina Tinjau Ulang Hubungan dengan Amerika Serikat