Siang Hadapi Agresi Belanda, Malam Waspadai Komplotan Perampok
Tak urung, laskar-laskar belia itu bergegas kembali ke Madiun. ‘’Setelah itu, kami dipanggil ke Surabaya,’’ terang Soenardi.
Sejumlah prajurit bertolak ke Surabaya untuk memenuhi panggilan pembubaran TGP. Mereka lantas diberi pilihan untuk bergabung dengan TNI atau melanjutkan pendidikan.
Soenardi memilih meneruskan sekolahnya. Dia meniti karir sebagai guru hingga menjabat kepala SDN Nglanduk sebelum pensiun. ‘’Alhamdulillah dapat apresiasi dari pemerintah,’’ syukurnya.
Menikmati masa tua, Soenardi hidup bahagia bersama istrinya, Sutjiati. Hiasan rumahnya masih kental dengan nuansa patriotisme.
Lambang berupa pena dan senapan yang menyilang di dalam roda besi, tertempel kuat di dinding ruang tamu.
Merah putih bertiang bambu kuning berkibar di terasnya. Di rumah sederhana itu, Soenardi membesarkan 13 anaknya. ‘’Kalau cucu, saya tidak hafal berapa jumlahnya,’’ ujar Soenardi terkekeh. ***(hw)
Tentara Genie Pelajar (TGP) angkat senjata, gagah berani melawan agresi milter Belanda. Soenardi menjadi saksi hidup perjuangan TGP.
Redaktur & Reporter : Soetomo
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor