Siboen Halilintar

Siboen Halilintar
Dahlan Iskan. Foto: disway.id

Bangkrut.

Siswanto lantas ke Jakarta. Ia punya modal tambahan: bisa mengelas besi. Saat itu Mal Indonesia lagi dibangun di daerah Cempaka Putih. Ia bekerja jadi tukang las di proyek yang lagi dikebut itu. Di lantai lima.

Hujan turun. Proyek harus cepat rampung. Mal harus segera bisa mencari uang. Mandor Siswanto mengharuskan pengelasan tidak boleh berhenti karena hujan.

Di tengah hujan itu Siswanto kesetrum listrik. Pingsan. Ia tidak ingat apa-apa kecuali merasa seperti didatangi istri dan anaknya: agar pulang ke Banyumas.

Siswanto pulang.

Tidak tahu harus kerja apa. Saat menganggur di akhir tahun 2016 itulah ia melihat acara gosip di TV. Yang lagi menayangkan sosok Atta Halilintar. Yang punya banyak uang dari YouTube.

Siswanto terinspirasi oleh acara itu. Siapa bilang acara gosip tidak berguna.

Memasuki tahun 2017, Siswanto mencoba merekam lucu-lucuan. Yakni komedi dalam bahasa ngapak –bahasa lokal Banyumas. Itu meniru sukses kecil orang di kabupaten tetangga.

Siswanto meroket seperti meteor. Desa itu heboh. Banyumas heboh. Indonesia heboh.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News