Sjahrir Wafat Menjelang Pernikahan Putri Bungsu

Sjahrir Wafat Menjelang Pernikahan Putri Bungsu
Mantan Menteri LH Emil Salim dan artis Denny Malik berdoa di rumah duka. Foto: Muhammad Ali/JP
JAKARTA – Dr Sjahrir, aktivis yang tetap idealis di tengah perubahan, Senin (28/7) menutup mata untuk selama-lamanya. Ekonom senior itu mengembuskan napas terakhir di Mount Elizabeth Hospital, Singapura, pukul 09.08 waktu setempat atau 08.08 WIB akibat kanker paru.

Sjahrir yang pernah dipenjara pemerintah Orba karena sikap kritisnya itu tentu tak asing bagi publik. Apalagi, sejak 11 April 2007, ayah dua anak kelahiran Kudus, Jawa Tengah, 24 April 1945, tersebut resmi dilantik sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) bidang ekonomi.

Hanafi Juni, salah seorang kerabat dekat keluarga almarhum menyatakan, sampai 1,5 bulan terakhir, Sjahrir tidak memperlihatkan keluhan apa pun. ’’Baru belakangan ini dia ngomong seperti terkena flu berat. Karena khawatir sinusitis, terus dicek ke RS Medistra, Jakarta,’’ katanya.

Dalam prosesnya, kondisi Sjahrir ternyata semakin parah. Ketika itu, peraih gelar doktor ekonomi dari Harvard University tersebut menunjukkan gejala batuk yang tidak berhenti. Akhirnya, dia memeriksakan kesehatannya di Mount Elizabeth Hospital, Singapura.

Menurut salah seorang asisten pribadi Sjahrir yang bernama Topan, persis sehari setelah diagnosis Mount Elizabeth Hospital keluar yang menyebutkan dirinya mengidap kanker paru, Sjahrir, tampaknya, tetap bersikeras menghadiri resepsi pernikahan putra pertamanya, Pandu Patria, di Washington DC, AS. Resepsi itu berlangsung pada 28 Juni 2008. ’’Jadi, persis sehari setelah diagnosis itu keluar, bapak terbang ke Washington,’’ ujarnya.

Mantan aktivis Malari Hariman Siregar yang merupakan sahabat Sjahrir menceritakan, dirinya ikut mendampingi Sjahrir ke Washington untuk menghadiri pernikahan Pandu Patria. Menurut dia, setelah acara resepsi tersebut, kesehatan Sjahrir langsung drop.

Hariman mengungkapkan, Sjahrir mengeluh sesak napas. Karena itu, mulai 30 Juni, oleh Hariman, Sjahrir dibawa ke salah satu RS di New York. ’’Beliau dirawat sampai 4 Juli, lantas dipindah ke Mount Elizabeth Hospital, Singapura, mulai 6 Juli,’’ jelasnya.

Saat dihubungi semalam, Hariman masih berada di Singapura. Begitu mendengar sahabatnya kritis, dia langsung terbang ke Singapura. Sayang, Hariman terlambat. Begitu tiba di rumah sakit, Sjahrir sudah mengembuskan napas terakhir sejam sebelumnya. ’’Saya datang pukul 10.00, beliau sudah meninggal pukul 09.00,’’ kata Hariman.

JAKARTA – Dr Sjahrir, aktivis yang tetap idealis di tengah perubahan, Senin (28/7) menutup mata untuk selama-lamanya. Ekonom senior itu mengembuskan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News