Soal Polarisasi Politik, Pengamat Sebut Kekhawatiran Jokowi Terbukti
Lebih lanjut kata Ulil, alangkah baiknya pengaruh yang dimiliki influencer dan tokoh yang memiliki pengaruh besar di masyarakat menggunakan kanal media sosialnya untuk mendinginkan suasana agar tetap kondusif.
“Pilihan anda itu jadikanlah sebagai pilihan personal saja, ketika terjadi polarisasi kita kalau bahasa Jawanya ngedem-ngedemke itu mendinginkan suasana bukan malah ikut terlibat di dalam polarisasi ini,” tuturnya.
“Jadi, tugas-tugas publik anda di dalam situasi seperti ini adalah bukan ikut mendorong terjadinya polarisasi dengan memihak salah satu calon, tetapi mendinginkan suasana,” tegas Ulil.
Di sisi yang lain, kata Ulil, fenomena yang terjadi malah sebaliknya, yaitu influencer yang tidak setuju dengan pilihannya akan dicap sebagai kelompok jahat atau istilahnya di 'demonisasi' sebagai kubu setan atau sesat.
“Karena selalu ketika terjadi polarisasi itu yang terjadi adalah orang yang tidak setuju dengan kita ya atau kubu lain itu kita anggap sebagai kekuatan jahat, demonisasi istilahnya ya, kita mendemonkan atau mensetankan kelompok yang tidak sepilihan dengan kita. Pilihan oke tapi demonisasi itu yang menurut saya berbahaya,” ujar Ulil.(fri/jpnn)
Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?
Peneliti senior di SSC Surokim Abdussalam mengatakan kekhawatiran Presiden Jokowi soal polarisasi politik di masyarakat kini terbukti.
Redaktur & Reporter : Friederich Batari
- 4 Menteri Jokowi Ini Dihadirkan pada Sidang PHPU Pilpres di MK? Tunggu Saja
- MK Tolak Gugatan Pilpres 2004-2019, Pengamat: Yang Kalah Harus Legawa
- Didampingi Mentan Amran Kunjungi Panen Padi di Sigi, Jokowi: Bagus
- Timnas AMIN Seret 8 Menteri Jokowi ke Sidang Perdana Sengketa Pilpres 2024
- PSI Mengeklaim Warga Jakarta Butuh Gubernur seperti Jokowi
- PSI Munculkan Nama Kaesang dan Grace Natalie Sebagai Calon Gubernur DKI Jakarta