Soesilo Toer si Doktor Pemulung Sampah, Mulai Takut Mati (6)

Soesilo Toer si Doktor Pemulung Sampah, Mulai Takut Mati (6)
Soesilo Toer (kiri) dan wartawan Radar Kudus Noor Syafaatul Udhma (tengah) ngobrol di depan rumah masa kecil Pramoedya Ananta Toer. Sedangkan istrinya Suratiyem memberi makan kambing. Foto: NOOR SYAFAATUL UDHMA/RADAR KUDUS

Lantas, kenapa Soesilo tetap memulung sampah? ”Bagi saya memulung itu menjadikan nilai lebih yang absolut. Saya menikmati,” terangnya.

Dia melakukan itu setelah terkucil dan diperlakukan tidak adil sepulang dari Rusia. Itu hanya gara-gara dia dituding berhaluan komunis seperti kakaknya.

Saat wartawan Radar Kudus datang k erumahnya, Soesilo Toer berulang tahun. Tidak ada acara khusus untuk menyambutnya. Dia malah kebanjiran undangan untuk mengisi acara. ”Terima kasih, berkat tulisan Radar Kudus, saya semakin terkenal. Buktinya saya banyak job,” paparnya lalu tertawa.

Meski hampir menyamai usia Pram, Soes mengaku mulai diliput sindrom takut mati. Takut jika belum bisa mengalahkan Pram. ”Ini masih 83 hari lagi untuk menyamai usia Pram. Tetapi saya justru gelisah. Gelisah jika ajal tiba-tiba datang, tetapi saya belum mengalahkannya,” katanya.

Maka, selama masih hidup, dia akan terus memulung, menulis, memelihara kambing, juga bercocok tanam.

”Kalau saya hidup tetapi tidak berfungsi, saya lebih baik bunuh diri. Untuk apa hidup tetapi menyusahkan orang. Tapi, beruntungnya hingga saat ini saya masih berfungsi. Nggak jadi bunuh diri deh,” candanya. Begitulah Soesilo Toer. Hidupnya unik. Bikin orang tergelitik. (*/lin)


Soesilo Toer, doktor ekonomi politik adik Pramoedya Ananta Toer, yang saat ini menjadi pemulung sampah, pernah menikmati hidup mewah di negeri orang.


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News