Solar Disubsidi, Pertamina Tetap Tanggung Beban

Solar Disubsidi, Pertamina Tetap Tanggung Beban
Ilustrasi SPBU. Foto: Pertamina

Padahal, harga minyak dunia mengalami tren kenaikan. Sementara itu, harga premium ditetapkan pemerintah senilai Rp 6.450 per liter.

Menurut dia, dengan kondisi harga minyak dunia seperti itu, Pertamina harus menanggung selisih harga premium sekitar Rp 800 hingga Rp 1.000 per liter.

Pada Desember tahun lalu, harga keekonomian premium mencapai Rp 7.350 per liter.

Direktur Pemasaran Korporat PT Pertamina (Persero) Muchamad Iskandar mengkhawatirkan jika jarak antara harga bahan bakar umum dan BBM bersubsidi terlalu jauh, masyarakat akan berpindah lagi menggunakan produk yang lebih murah.

”Ini menjadi tantangan kami. Kami sendiri pusing (sebagai, Red) operator ini, sedangkan kilang kami gak bisa balik produksi RON 88 lagi,” ungkap Muchamad.

Menurut dia, jika harga premium konsisten mengikuti harga keekonomian, tidak akan ada perbedaan harga yang terlalu jauh.

Saat ini harga pertalite mencapai Rp 7.600 per liter, terus naik mengikuti kenaikan harga minyak dunia. Selisih Rp 1.150,00 per liter dengan harga premium.

Berbeda dengan saat kali pertama diluncurkan, selisih harga pertalite dengan premium hanya Rp 500 per liter. (vir/c25/fal)


PT Pertamina (Persero) tidak otomatis terlepas dari beban meski ada tambahan subsidi Rp 500 per liter untuk solar.


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News