Spirit Akulturasi Tiongkok-Jawa Menghasilkan Budaya Peranakan

Spirit Akulturasi Tiongkok-Jawa Menghasilkan Budaya Peranakan
Klenteng Sam Poo Kong di Gedung Batu, Simongan, Semarang

Tidak hanya itu, ekspedisi Cheng Ho secara garis besar juga berbuah persahabatan dan ilmu pengetahuan. Pada saat kirab berlangsung, para etnis Tionghoa dapat ikut sembahyang di altar besar Sam Poo Kong ataupun meminum air suci di goa petilasan tersebut.

“Saya senang, masyarakat senang, prosesi bagus sesuai rencana, masyarakat terhibur, sudah saatnya destinasi seperti ini dipromosikan ke mana-mana,” ungkap Harry Untoro Drajat.

Terpisah, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, ada istilah cultural value dan commercial atau financial value. Sejarah yang dipelajari sebagai ilmu, katanya, bisa menjadi science dan cultural value.

Tetapi di pariwisata, sejarah bisa dikemas menjadi atraksi menarik setelah digabungkan dengan artefak, bukti peninggalan zaman purbakala, dan legenda atau cerita rakyat yang sudah dipercaya dari mulut ke mulut. Sejarah bisa dikemas dalam storyline yang membuat orang terpikat untuk datang, karena kekuatan cerita.

Cerita yang berbasis sejarah, baik itu fiksi maupun non-fiksi, bisa menjadi atraksi pariwisata yang khas. Menjadikan sejarah masa lalu dengan segala peninggalan yang masih tersisa, itu punya sensasi yang kuat.

“Itulah jawaban mengapa banyak museum di Eropa yang ramai dikunjungi orang. Cerita soal Manneken Pis di Brussels, patung bocah kecil setinggi 61 cm di perempatan jalan di Belgia, itu kaya cerita dan membuat orang tertarik datang melihat sendiri patungnya,” kata Arief Yahya.(bersambung)

SEMARANG – Rangkaian tradisi perayaan 611 tahun Admiral Zheng He atau yang lebih popular dengan sebutan Laksamana Cheng Ho di Semarang kali


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News