Start dari Jembatan Merah Hingga Jembatan Petekan, Wisata Air Surabaya Segera Diwujudkan

Start dari Jembatan Merah Hingga Jembatan Petekan, Wisata Air Surabaya Segera Diwujudkan
Kepala Bappeko Kota Surabaya Eri Cahyadi bersama rombongan saat susur sungai Kali Mas, Sabtu (27/4). Foto: source for JPNN.com

jpnn.com, SURABAYA - Kepala Badan Perencanaan Pembangunan (Bappeko) Kota Surabaya Eri Cahyadi melakukan susur sungai Kali Mas, dari Jembatan Merah hingga ke kawasan Petekan, Pabean Cantikan, Sabtu (27/4). Dari sana banyak potensi atraksi wisata yang bisa dijual dari wisata air Surabaya.

“Kali Mas ini zaman Belanda dulu sebenarnya juga jalur transportasi. Kapal-kapal besar yang melintasi aliran sungai ini. Makanya, banyak bangunan-bangunan kolonial yang berdiri menghadap ke sungai. Sisi-sisi sungai juga terdapat jalan,” kata Eri.

Wilayah tersebut dulu termasuk kawasan perdagangan yang sangat sibuk. Bahkan saking ramainya arus lalu lintas air pada waktu itu, pada 1936 Belanda membangun Jembatan Petekan di wilayah yang kini masuk Kelurahan Perak Timur.

Jembatan Petekan sendiri berasal dari petekan yang dalam bahasa setempat berarti pencetan. Artinya, setiap kali ada kapal besar yang lewat, jembatan bisa dibuka atau ditutup dengan memencet tombol.

(Baca Juga: Cable Car di Atas Laut Sampai Jelajah Sungai di Surabaya ala Venesia)

Eri mengatakan, bangunan-bangunan bersejarah lain juga masih sangat banyak. Di sekitar Jembatan Merah ada puluhan bangunan kolonial yang masih asli. Begitu juga di sekitar Jembatan Petekan. Sayangnya, bangunan-bangunan itu tertutup oleh permukiman liar dan pedagang-pedagang kaki lima yang tidak tertata.

Karena itu, kata Eri, revitalisasi Kali Mas harus segera dilakukan. Sebab, potensinya terlalu besar jika dibiarkan tak terurus begitu saja. “Revitalisasi tak hanya dilakukan agar muncul jujukan wisata baru di kota tapi juga menyelamatkan kondisi ekologis sungai tersebut,” tutur Eri.

Kawasan wisata air di Jembatan Merah hingga Petekan, kata Eri, bisa disinergikan dengan potensi di sekitarnya. Seperti di Jalan Panggung dan Jalan Karet yang dulunya merupakan kampung-kampung era Belanda. Bahkan, di Jalan Panggung sedang dirancang wisata jalan kaki.

Jembatan Petekan sendiri berasal dari petekan yang berarti pencetan. Artinya, setiap kali ada kapal besar yang lewat, jembatan bisa dibuka atau ditutup.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News