Status Gunung Anak Krakatau Siaga 

Status Gunung Anak Krakatau Siaga 
Gunung Anak Krakatau dilihat dari udara, 23 Desember 2018. Foto: Nurul Hidayat/Bisnis Indonesia/AFP

Hal ini berarti debit volume magma yang dikeluarkan meningkat dan lubang kawah membesar.

Kemungkinan terdapat lubang kawah baru yang dekat dengan ketinggian air laut. Sejak itulah letusan  berlangsung tanpa jeda. Gelegar suara letusan terdengar beberapa kali per menit.

Saat ini aktivitas letusan masih berlangsung secara menerus, yaitu berupa letusan Strombolian disertai lontaran lava pijar dan awan panas. Pada Rabu (26/12) terpantau letusan berupa awan panas dan Surtseyan.

Awan panas ini yang mengakibatkan adanya hujan abu. Dominan angin mengarah ke baratdaya sehingga abu vulkanik menyebar ke baratdaya ke laut.

Adanya beberapa lapisan angin pada ketinggiaan tertentu mengarah ke timur menyebabkan hujan abu vulkanik tipis jatuh di Kota Cilegon dan sebagian Serang pada Rabu (26/12) sekitar pukul 17.15 WIB. 

"Ini tidak berbahaya. Abu vulkanik justru menyuburkan tanah. Masyarakat agar mengantisipasi menggunakan masker dan kacamata saat beraktivitas di luar saat hujan abu," paparnya. 

Berdasar pengamatan Gunung Anak Krakatau selama Kamis (27/12) pukul 00.00 – 06.00 WIB, aktivitas erupsi masih berlangsung, tremor menerus dengan amplitude 8-32 milimeter (dominan 25 milimeter), dan terdengar dentuman suara letusan.

PVMBG merekomendasikan masyarakat dan wisatawan dilarang melakukan aktivitas di dalam radius lima km dari puncak kawah karena berbahaya terkena dampak erupsi berupa lontaran batu pijar, awan panas dan abu vulkanik pekat.

Berdasarkan data PVMBG tercatat Gunung Anak Krakatau aktif kembali dan memasuki fase erupsi mulai Juli 2018.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News