Stres Bisa Menyebabkan Kehilangan Memori dan Penyusutan Otak?

Stres Bisa Menyebabkan Kehilangan Memori dan Penyusutan Otak?
Stres. Ilustrasi.

"Otak adalah organ yang sangat lapar," kata Keith Foley, yang mengarahkan program ilmiah dan penjangkauan untuk Alzheimer Association.

"Otak membutuhkan sejumlah besar nutrisi dan oksigen agar tetap sehat dan berfungsi dengan baik. Jadi, ketika tubuh membutuhkan sumber daya tersebut untuk mengatasi stres, justru ada lebih sedikit yang pergi ke otak," tambah Foley.

Penelitian sebelumnya telah menemukan hubungan antara risiko kortisol dan demensia, tetapi fokusnya kebanyakan pada orang tua dan area memori otak, yang disebut hippocampus.

Studi ini meneliti sekelompok pria dan wanita dengan usia rata-rata 48 tahun dan meminta mereka untuk melakukan scan MRI dari seluruh otak, bukan hanya pada area hippocampus saja.

Peneliti memilih lebih dari 2.000 orang tanpa tanda-tanda demensia dan memberi mereka berbagai tes psikologis untuk mengukur kemampuan berpikir mereka.

Semuanya adalah bagian dari Framingham Heart Study, sebuah studi jangka panjang yang disponsori oleh National Heart, Lung and Blood Institute yang telah mengikuti kesehatan penduduk Framingham, Massachusetts dan keturunan mereka sejak 1948.

Sekitar delapan tahun setelah pengujian awal, kelompok itu dievaluasi kembali.

Kortisol serum darah diukur sebelum sarapan. Kemudian scan otak MRI dilakukan dan serangkaian tes memori dan kognitif diulang.

Setelah menyesuaikan data dengan mempertimbangkan usia, jenis kelamin, massa tubuh dan merokok, para peneliti menemukan bahwa orang-orang dengan tingkat kortisol paling tinggi mengalami kehilangan memori.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News