Sudah Tak Dipercaya, PM Inggris Tolak Gelar Pemilu
Banyak anggota parlemen mengatakan bahwa sekarang pertanyaannya bukan lagi apakah tetapi kapan dia harus mundur.
Pada Rabu malam, jaksa wilayah Inggris dan Wales Suella Braverman mendesak Johnson untuk lengser.
Braverman menjadi menteri kabinet pertama yang mengatakan akan bersaing untuk menggantikan Johnson dalam pemilihan pemimpin Konservatif.
"Saya pikir inilah saatnya bagi perdana menteri untuk mengundurkan diri," kata Braverman kepada ITV, seraya menegaskan bahwa dirinya tak akan keluar dari posisinya.
"Jika ada pemilihan pemimpin (partai), saya akan mengikutinya," katanya.
Krisis kepercayaan terhadap Johnson memuncak setelah integritasnya dipertanyakan karena menunjuk seorang anggota parlemen, yang pernah menjadi target penyelidikan kasus serangan seksual, untuk mengurusi soal keagamaan di partainya.
Sebelumnya, berbagai skandal telah mendera pemerintahannya, termasuk laporan tentang pesta di Downing Street yang melanggar aturan pembatasan COVID-19.
Anggota parlemen dari kubu Konservatif James Duddridge, teman dekat Johnson, mengatakan kepada Sky News bahwa pemimpin Inggris itu "adalah pelampung, dia (naik) ke atas untuk bertarung".
PM Inggris Boris Johnson ngotot pengin terus berkuasa meski sudah tidak dipercaya oleh partainya sendiri
- Peneliti TSRC Sebut Kompleksitas Pemilu 2024 Munculkan Fenomena Split-Ticket Voting
- Persiapan Pilkada 2024, PPP Siap Berkolaborasi dengan Parpol Lain
- Komisi II DPR RI Dorong Revisi UU Pemilu di Awal Periode 2024-2029
- Hubungan dengan Rizky Irmansyah Dituding Rekayasa, Nikita Mirzani Sebut Nama Prabowo
- PBMA Ajak Semua Pihak Patuhi Keputusan MK
- Soal Erick Thohir Langgar Aturan Pemilu Dimentahkan MK