Sudah Teriak – teriak Tsunami Datang tapi Mereka tak Percaya

Sudah Teriak – teriak Tsunami Datang tapi Mereka tak Percaya
Boyke Iwan saat menceritakan pengalamannya bertahan setelah gempa dan tsunami di Palu. Foto: ANGGI PRADITHA/KALTIM POST

Iwan sudah memiliki tujuan saat itu. Yakni rumah orangtua angkatnya di perbukitan di selatan Palu. Menyusuri Jalan Lasoso, dia menyaksikan banyak kerusakan dan tubuh korban bergelimpangan di jalan.

“Kami terus berjalan hingga ke daerah kering. Lantas bertemu dengan warga sekitar dan mengikutinya ke daerah yang lebih tinggi,” sebut Iwan.

Di halaman deretan rumah bangsal, rombongan menghabiskan malam. Iwan sendiri tidur dalam kondisi duduk di atas pikap bersama alat-alat las milik warga sekitar. Beruntung, ada generator set (genset) dan terpal. Jadi mereka tak khawatir kehabisan baterai ponsel. Untuk melakukan komunikasi di tengah keterbatasan sinyal. “Hanya ada satu provider yang bisa digunakan untuk menelepon. Yang lain hanya berkabar melalui media sosial,” ucap bapak satu anak itu.

Selain kesulitan berkomunikasi, mereka tak memiliki bekal makanan. Walhasil, malam itu mereka harus tidur dalam kondisi lapar. Usaha mencari makan dilakukan keesokan pagi. Iwan turun dibonceng warga mengambil perbekalan dan membeli sejumlah persediaan untuk dibawa ke lokasi pengungsian.

“Besoknya saya sama bapak itu turun ke rumahnya. Kami ambil bahan makanan dan apa saja untuk membantu di lokasi kami mengungsi,” katanya.

Disebutnya pada hari kedua, masih mudah menemukan toko yang menjual makanan. Namun, pada hari ketiga, kondisi mulai kacau. Pemerintah Sulteng terlambat memberikan bantuan. Sehingga banyak korban yang selamat marah dan mulai berbuat onar.

Banyak toko dijarah. Bahkan untuk mendapatkan satu botol air mineral saja sulit. “Jadi ada pemilik toko yang sampai menggratiskan semua barangnya. Setelah kosong dia langsung pergi mengungsi,” lanjutnya.

Kekacauan makin meningkat pada hari keempat. Bantuan tak kunjung sampai ke lokasi-lokasi warga mengungsi. Padahal, kata dia, sudah banyak bantuan bertumpuk di sejumlah lokasi seperti Bandara Mutiara SIS Al-Jufrie Palu. Juga sejumlah relawan sudah tiba. Namun mereka tak bisa bergerak dan menyalurkan bantuan itu.

Boyke Iwan, warga Kaltim, menceritakan kisahnya saat berada di Palu Grand Mall tiba-tiba gempa dan tsunami datang menerjang.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News