Sugali

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Sugali
Presiden Joko Widodo. Foto: Ricardo/JPNN.com

Soeharto kemudian memerintahkan alat negara untuk memberikan shock teraphy terhadap para gali. Pada awal 1984 mulai terjadi pembunuhan misterius terhadap para gali. Satu per satu ditemukan tewas dengan beberapa luka tembak di badan.

Baca Juga:

Mayatnya dimasukkan ke dalam karung dan dicampakkan di pinggir jalan. Sering juga ditemukan uang Rp 10.000 di dekat karung untuk biaya pemakaman.

Operasi pembunuhan misterius ini dikenal sebagai ‘’Petrus’’. Ratusan hingga ribuan orang menjadi korban tembak mati tanpa prosedur pengadilan. Sebagian besar korban adalah mereka yang mempunyai tato.

Akibatnya, orang-orang yang memiliki tato pada waktu itu terpaksa menghilangkan tatonya dengan segala cara, dari disetrika sampai disiram air keras. Yang lain memilih bersembunyi ke luar daerah agar tidak diketahui jejaknya, menunggu sampai keadaan aman.

Kabar yang beredar ketika itu menyebutkan ada seorang bos gali yang terpaksa lari ke luar negeri. Isu yang beredar si bos gali mengungsi ke Afrika dengan alasan untuk liburan sambil berburu. Padahal, menurut kabar, dia mengungsi untuk menghindari petrus.

Tidak ada proses hukum, penangkapan, penyidikan, maupun peradilan. Seseorang yang dicurigai sebagai gali ditangkap kemudian ditembak pada malam hari lalu mayatnya dibuang ke tanah lapang, pasar, sawah, dan pinggir jalan.

Mobil jenis Jeep pun berubah menjadi kendaraan malaikat maut yang mengerikan bagi para gali. Kehadirannya mendatangnkan teror. Lintang pukang gali menyelamatkan diri ketika mengetahui mobil itu melintas, karena petrus selalu menjemput korbannya dengan kendaraan jenis ini.

Protes internasional pun bermunculan. Amnesti Internasional menyebut tidak kurang dari 5.000 orang menjadi korban dan mendesak operasi dihentikan.

Kisah Sugali adalah perburuan terhadap preman dan bramacorah pada era 1980 sampai 1984.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News