Sulitnya (Punya) Anak Superpandai

Oleh Dahlan Iskan

Sulitnya (Punya) Anak Superpandai
Dahlan Iskan. Foto: dok.JPNN.com

Tapi, ternyata anaknya telah membuatnya repot. Malu. Marah. Teman-teman sang ibu menyarankan agar membawa Audrey ke dokter jiwa. Begitu banyak yang menyarankan langkah itu. Begitu sering diucapkan. Secara nyata maupun isyarat. Kadang Audrey mendengar sendiri saran ke dokter jiwa itu.

Ada yang mengucapkannya terang-terangan. Di depan si anak. Mungkin mengira toh anak ini tidak akan paham apa yang diucapkan orang dewasa. Ternyata Audrey lebih dari sekadar paham. Baru mendengar saran itu saja, Audrey sudah kian merasa disakiti hatinya. Apalagi setelah benar-benar dibawa ke dokter jiwa.

Dasar anak cerdas, dia tahu apa yang harus diperbuat di dokter jiwa. Jawaban apa yang harus diberikan. Bahkan, dia bisa menilai dokternya. Berkualitas atau tidak. Karena tidak ’’sembuh’’, Audrey dibawa ke dokter yang lain lagi. Yang berikutnya lagi.

Bahkan, Audrey pun bisa membandingkan. Mana dokter yang kurang paham dan mana yang lebih kurang paham. Ketika ada dokter jiwa yang kemudian memberinya obat, Audrey pun kian merasa betapa sulit orang lain memahami dirinya. Bahkan dokter jiwa sekali pun.

Ketika kelas tiga SD, Audrey bikin kejutan lagi. Gak mau sekolah. Terlalu mudah. Orang tuanya mencarikan jalan keluar. Pindah sekolah. Memang dia bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan untuk kelas enam sekali pun. Audrey akhirnya bisa mendapat percepatan.

Umur 12 tahun sudah kelas tiga SMA. Kesulitan muncul. Di mana ada universitas yang bisa menerima mahasiswa baru yang umurnya baru 13 tahun.

Dicarilah berbagai informasi. Di dalam negeri. Di luar negeri. Ketemu. Di Amerika Serikat. Di Negara Bagian Virginia. Di Kota Williamburg. Termasuk kota pertama dalam sejarah AS yang didarati bangsa Eropa. Saya tahu kota ini. Saya pernah ke sana.

Audrey tentu harus dites. Lulus. Dalam tes bahasa Inggris, tidak ada masalah. Bahkan, Audrey bisa bahasa Prancis. Rusia. Di William and Marry University ini, Audrey ambil mata kuliah yang wow: fisika murni. Dia pun lulus S-1 fisika murni hanya dalam waktu dua tahun. Dengan tingkat kelulusan summa cum laude pula.

Umur Audrey baru empat tahun. Saat itu. Tapi pertanyaannya setinggi filosof: Ke mana perginya rasa bahagia? Atau: Apa arti kehidupan?

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News