Susilo Toer, Adik Sastrawan Pramoedya Ananta Toer, yang Tetap Produktif di Usia 77 Tahun

Siapkan Lima Buku tentang Sisi Buruk sang Kakak

Susilo Toer, Adik Sastrawan Pramoedya Ananta Toer, yang Tetap Produktif di Usia 77 Tahun
Susilo Toer, Adik Sastrawan Pramoedya Ananta Toer, yang Tetap Produktif di Usia 77 Tahun

"Maaf, saya sudah tiga bulan ini kena prostat. Jadi, ke mana-mana bawa ini. Ini sudah lumayan, sudah bisa beraktivitas. Sebelumnya tidak bisa sama sekali," ujarnya menerangkan seolah tahu keheranan tamunya.

Lantaran sakitnya itu, Pak Sus harus dipasangi kateter. Memang agak repot karena ke mana-mana harus membawa alat untuk menyalurkan air seninya. Meski demikian, dia tetap tidak bisa meninggalkan "profesinya" sebagai penulis. Dia pun masih menyempatkan menulis setiap saat.

Terlebih 6 Februari lalu merupakan tanggal kelahiran Pramoedya Ananta Toer. Karena itu, di bulan ''penting'' itu Pak Sus mesti mengisinya dengan berkarya: menulis buku. Dia ingin bisa mengalahkan kakaknya dalam produktivitas buku.

Doktor bidang ekonomi lulusan salah satu universitas elite di Rusia itu saat ini sedang menyiapkan lima jilid buku terkait dengan kehidupan dan sisi positif-negatif Pram - panggilan Pramoedya Ananta Toer - yang belum terungkap. Satu buku sudah diterbitkan, yakni Pram dari Dalam.

"Ada empat judul buku lagi yang sedang saya garap. Ini akan mengalahkan Pram karena dia hanya mampu menerbitkan empat judul," katanya, merujuk buku tetralogi Pulau Buru karya Pramoedya yang fenomenal itu.

Sebagian draf naskah buku-buku itu sudah selesai. Semua diketik rapi jali dengan mesin ketik manual. "Saya kerjakan hampir setiap hari," tutur panulis berusia 77 tahun itu.

Menurut Pak Sus, naskah bukunya tersebut merupakan catatan intensitas komunikasi dirinya dengan Pramoedya saat masih kecil. Dia tidak bermaksud untuk menelanjangi kehidupan sang kakak jika kemudian isi buku itu bercerita tentang sisi-sisi negatif Pramoedya.

"Saya ingin mendudukkan kakak saya itu sebagai manusia biasa yang tak luput dari salah dan dosa," paparnya.

Menulis adalah bekerja untuk keabadian. Kata-kata itu diwarisi Susilo Toer dari sang kakak, legenda sastrawan Indonesia Pramoedya Ananta Toer. Karena

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News