Suud, Pembuat Alat Bantu Gerak untuk ABK di YPAC

Selama 42 Tahun Mengabdi, Kini Bergaji Rp 800 Ribu

Suud, Pembuat Alat Bantu Gerak untuk ABK di YPAC
Suud, tukang pembuat alat bantu untuk anak berkebutuhan khusus (ABK)

Gemuk-kurus, besar-kecil ukuran kaki juga harus diperhatikan. ”Ada resep dokter ortopedinya juga buat bikin sepatu,” ujar Su’ud.

Sepatu itu juga diisi pelat aluminium di sekelilingnya. Sebab, gerakan ABK begitu aktif. Mereka mudah terjatuh. Akibatnya, bentuk kaki bisa bengkok. Jika tidak menggunakan sepatu khusus, kondisi bengkok tersebut akan terus terjadi.

Karena tantangan pekerjaan yang rumit, Su’ud harus kreatif. Misalnya, dia membuat alat bantu ABK dengan bahan bekas yang dijual kiloan. Meski bekas, bahan tersebut tetap memenuhi standar. Maklum, ketebalan dan kekenyalan logam harus diperhatikan.

Su’ud juga akan merenovasi sepeda khusus ABK sumbangan UNICEF pada 1972. Meski sudah berusia puluhan tahun, Su’ud mengaku akan mengubahnya menjadi baru lagi.

Menurut pria yang tinggal di Jalan Kedondong, Surabaya, itu, pembuatan berbagai alat bantu tersebut tidak bisa cepat. Sebab, dia hanya mengerjakan sendirian. Normalnya, minimal dibutuhkan tiga orang untuk membuat sepatu ABK dengan lengkap.

Su’ud menceritakan awal mula menjadi ahli pembuat alat bantu ABK. Dia lulus dari STM 1 Surabaya pada 1972. Dari sekolah yang kini menjelma jadi SMK 2 Surabaya yang terletak di Jalan Patua itu, selain ijazah, dia mengantongi sertifikat ahli pembuatan alat ortopedi.

Setelah lulus, dia langsung bekerja di YPAC. Namun, pikirannya belum bisa fokus. Setelah tiga tahun, dia sempat keluar. Dia kemudian merantau ke Jakarta.

Namun, hatinya tetap terpaut dengan YPAC. Su’ud merasa bekerja di YPAC menjadi panggilan jiwa. Buktinya, dia hanya bertahan tiga bulan di Jakarta.

Su’ud bukan tukang biasa. Dia adalah tukang pembuat alat bantu untuk anak berkebutuhan khusus (ABK). Bagaimana suka-dukanya 42 tahun mengabdi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News