Tabah Sampai Akhir

Tabah Sampai Akhir
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Apakah mereka panik ketika tahu sinyal darurat mereka tidak lagi berfungsi –lantaran hanya bisa dikirim dari kedalaman maksimum 100 meter?

Apakah mereka panik ketika tahu –berdasar perhitungan mereka yang cerdas itu-- tidak akan ada pertolongan –karena yang akan menolong tidak tahu di mana posisi kapal selam itu.

Apakah mereka panik ketika tahu oksigen di kapal selam itu hanya cukup untuk dihirup 53 orang selama tiga hari? Lalu tinggal dua hari? Tinggal 1 hari? Tinggal 12 jam? Tinggal 1 jam? Tinggal 30 menit?

Apakah mereka saling menyalahkan? Terutama kalau misalnya ada yang berbuat keliru dalam mengoperasikan kapal itu?

Apakah mereka emosi dan marah-marah? Terutama ketika mereka tahu sekian menit lagi mereka akan meninggal dunia?

Orang memang tidak tahu kapan akan meninggal. Tapi 53 orang itu tahu. Kapan, jam berapa, berapa menit lagi.

Namun, mereka bukan orang biasa seperti kita. Mereka punya watak dan kejiwaan yang luar biasa. Ditambah dengan doktrin kejuangan keprajuritan TNI-AL.

Wira Ananta Rudira. Tabah Sampai akhir.

Kapal selam tenggelam, adalah berita dunia. Maka nama Indonesia kini jadi pembicaraan global.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News