Tabligh

Tabligh
Dahlan Iskan di pedalaman Pakistan, dekat Kashmir. Foto: disway.id

Saya lantas keliling melihat dalamnya masjid. Di pinggir-pinggir tembok banyak terlihat kompor. Mereka memasak di dalam masjid.

Saya tahu: anggota Jamaah Tabligh itu sangat mandiri. Melakukan perjalanan misi dakwah ke mana pun tidak akan merepotkan orang. Mereka membawa bekal sendiri. Masak sendiri. Tidur bisa di mana saja.

Di pojok-pojok masjid penuh tumpukan bangkelan. Atau tas sejenis ransel. Mereka berada di masjid itu selama dua minggu. Atau satu bulan. Hanya memikirkan ibadah. Dan bagaimana mengembangkan misi.

Di sekitar masjid terlihat seperti pondokan. Banyak jemuran. Di mana-mana.

Mereka datang dari berbagai daerah di Pakistan. Yang sempat saya temui misalnya dari Balochistan. Atau dari Peshawar.

Di Indonesia Jamaah Tabligh juga meluas. Setahun sekali kumpul di Karawang. Ratusan ribu orang.

Di Magetan, kampung saya, juga besar. Pusatnya di Temboro. Sekitar 10.000 orang ada di sana.

Di tingkat dunia anggota Jamaah Tabligh ini mencapai sekitar 20 juta orang. Di lebih 50 negara.

Begitu mendarat di Lahore saya harus mencari masjid. Untuk salat Jumat. Saya ingat beberapa teman saya yang anggota Jamaah Tabligh.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News