Tahlil Kanjuruhan

Oleh: Dahlan Iskan

Tahlil Kanjuruhan
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - SAYA telat tiba di Kanjuruhan pada Selasa malam lalu. Sudah pukul 21.00 WIB.

Acara dengan PM Malaysia Anwar Ibrahim di Jakarta lebih lama dari yang saya duga.

Bulan bulat sudah cukup tinggi di langit Kanjuruhan. Itu purnama ketiga pascabencana besar 1 Oktober tahun lalu.

Baca Juga:

Bayangan saya: halaman Kanjuruhan penuh sesak Aremania/Aremanita. Saya akan sulit mencapai panggung di depan.

Malam itu hari yang sangat penting: peringatan 100 hari tragedi terbesar ketiga dalam sejarah sepak bola dunia.

Saya kaget: sepi sekali. Nyaris lengang. Tidak sampai 200 orang yang mengelilingi nyala 100 lilin di halaman luas itu.

Baca Juga:

Saya ketinggalan satu acara: pemutaran thriller film Kanjuruhan, tetapi tahlil dan doa belum dimulai.

Di depan panggung masih tampil Kapolres Malang memberi sambutan. Singkat. Padat. Rendah hati. Minta maafnya berkali-kali.

Dahlan Iskan tidak kaget mendengar tokoh Aremania membisikkan satu nama dalang di balik Tragedi Kanjuruhan Malang. Siapa?

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News