Tahun Pendek

Oleh Dahlan Iskan

Tahun Pendek
Ilustrasi: disway.id

Itu juga mantra yang selalu diucapkan Erdogan. Ia memang penganut aliran suku bunga rendah untuk menurunkan inflasi. Rakyat sangat tidak bisa menerima kenaikan harga-harga.

Saat ini suku bunga pinjaman bank di Turki termasuk yang tertinggi di dunia: 24 persen. Lebih dari dua kali lipat suku bunga di Indonesia. Atau enam kali lipat suku bunga di Eropa. Padahal bagian barat wilayah Turki termasuk Eropa.

Suku bunga 24 persen itu mengingatkan saya pada masa muda. Yang harus mengembangkan koran di daerah-daerah dengan suku bunga seperti itu. Bahkan pernah 'menikmati' pinjaman dengan suku bunga 29 persen.

Sejak awal Erdogan minta bank sentral menurunkan bunga. Agar ekonomi bergerak lagi.

Namun gubernur bank sentral selalu tidak mau.

Murat Çetinkaya tidak bisa diintervensi. Gubernur bank sentral itu independen dari politik.

Prinsip Murat: bunga tinggi itu terpaksa. Untuk menjaga nilai tukar lira. Agar tidak lebih merosot. Yang kemerosotan itu pada gilirannya juga akan membuat inflasi tinggi.

Dengan bunga tinggi valuta asing tidak lari. Karena bisa menikmati bunga tinggi. Lira pun bisa stabil, meski stabil rendah.

Stabilitas nilai tukar lebih penting. Agar pebisnis bisa melakukan kalkulasi. Daripada turun naik.

Ini taruhan hidup mati bagi Erdogan. Popularitas Erdogan kalah dengan kenyataan hidup. Ekonomi Turki terus memburuk. Puncaknya tahun lalu. Ketika inflasi mencapai 25 persen. Dan mata uang lira jatuh sampai 40 persen.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News