Tak Ramah Lagi, Jerman Pulangkan Paksa Ribuan Pengungsi

Tak Ramah Lagi, Jerman Pulangkan Paksa Ribuan Pengungsi
Pengungsi Libya mengantre untuk turun dari kapal di Pulau Lampedusa, Italia. Foto: AFP

”Kami akan menciptakan 40 kamp seperti ini,” kata Seehofer tentang Kamp Manching. Dia menyebut kamp seperti Manching itu sebagai Kamp Anker yang merupakan singkatan dari penampungan, keputusan, dan repatriasi dalam bahasa Jerman. Sebab, hanya tiga proses itulah yang akan terjadi di Kamp Anker.

Mereka yang baru datang dari negara konflik biasanya akan ditampung lebih dulu. Tapi, penampungan hanya akan berlaku sementara. Sebab, sembari menghuni kamp tersebut, para pencari suaka menjalani proses sampai ada keputusan dari pemerintah. Selanjutnya, mereka harus pulang ke negara asal jika permohonan suaka ditolak. Atau, jika dikabulkan, mereka bisa segera menjadi bagian dari masyarakat Jerman.

Selama berada di penampungan, para pengungsi yang mencari suaka tersebut terisolasi. Sebab, mereka tidak bisa mencari pekerjaan. Karena itu, mereka hanya bisa pasrah menjalani kehidupan yang tak menyenangkan sebagai penghuni kamp.

”Kamp Manching adalah tempat yang negatif. Yang ada hanya keputusasaan dan ketidakberdayaan. Para penghuninya tidak punya masa depan,” kritik Wilhelm Draxler dari Caritas, yayasan amal.

Menurut Draxler, memperbanyak Kamp Manching adalah ide yang gila. Itu adalah kebijakan yang salah. Lorenz Caffier, politikus dari Partai CDU, sependapat.

Dia berharap pemerintah tidak mengabulkan gagasan Seehofer. ”Itu hanya akan melahirkan konflik baru. Akan ada lebih banyak penghuni kamp yang agresif,” katanya.

Kelvi Batin, salah seorang pencari suaka yang berunjuk rasa dengan puluhan penghuni Kamp Manching pekan lalu, mengatakan bahwa kebijakan baru Kanselir Angela Merkel membuat mereka marah.

”Bayangkan saja, kami sudah terjebak di kamp ini selama delapan bulan atau mungkin malah satu tahun. Dan, tiba-tiba mereka memulangkan kami begitu saja,” keluhnya.

Tiga tahun lalu Jerman menjadi negara Eropa yang paling ramah pengungsi. Kini Jerman pun mulai bingung mengurai krisis pengungsi yang kian rumit.

Sumber Jawa Pos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News