Tak Takut Mati di Perang Suku, Pucat Pasi saat Dites Darah

Tak Takut Mati di Perang Suku, Pucat Pasi saat Dites Darah
Suasana lokalisasi di Mimika.
 

Suami-istri dari Kampung Banti tersebut hanyalah segelintir di antara ribuan warga asli Mimika yang terinfeksi HIV/AIDS. Di antara 2.302 kasus HIV/AIDS per 30 Juni 2010 yang terdata di Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Mimika, 69 persen (1.591 kasus) terjadi pada warga lokal.

 

Sejauh ini, kebiasaan berganti-ganti pasangan dianggap sebagai penularan virus paling efektif. Kendati demikian, Reynold Ubra, sekretaris KPAD Mimika, menengarai bahwa ada faktor lain yang berpotensi menularkan virus selain seks bebas. "Yang masih kami telusuri saat ini adalah penggunaan alat tajam bersamaan," ujarnya.

 

Kontak darah saat pengobatan karena menjadi korban dalam perang antarsuku diduga juga bisa menjadi ajang penularan virus yang sudah menginfeksi lebih dari 36 juta jiwa sedunia itu.

 

Angka ribuan tersebut tentu tak bisa dipandang sebelah mata. Apalagi, tambah Reynold, prevalensi warga tujuh suku di Mimika memang lebih besar dibanding kelompok warga lainnya, termasuk pendatang. "Jika di antara seribu warga pendatang teridentifikasi tujuh positif HIV, dari suku Amungme dan Kamoro yang asli Mimika ada sembilan warga yang positif HIV," jelas alumnus Fakultas Kesehatan Masyarakat Unair itu. Angka tersebut lebih besar untuk lima suku kekerabatan yang prevalensinya mencapai 26 kasus per seribu orang.

HIV/AIDS terbukti menjadi virus pembunuh yang mengancam tujuh suku asli di Mimika, Papua. Yaitu, Suku Kamoro, Amungme, Mee, Nduga, Damal, Dani, dan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News